Beberapa Bentuk Ghuluw Terhadap Orang Shalih 1

Abu Iram Al-Atsary
BEBERAPA BENTUK GHULUW TERHADAP ORANG SHALEH (1)
1. Mengangkat Nabi atau mahkluq sebagai anak Allah Subhanahu wa Ta'ala

Abu Iram Al-Atsary
BEBERAPA BENTUK GHULUW TERHADAP ORANG SHALEH (1)
1. Mengangkat Nabi atau mahkluq sebagai anak Allah Subhanahu wa Ta'ala
Padahal jelas Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia Tuhan Yang Maha Esa tidak beranak dan tidak diperanakan.
Jenis ghuluw ini sebagai-mana yang dilakukan oleh kaum Nashara terhadap Nabi Isa dan Yahudi terhadap Nabi Uzair . Sehingga hati mereka menjadi keras dan kebanyakan berbuat fasiq.
Untuk itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda, artinya: "Jangan kalian berlebih-lebihan memujiku sebagaimana kaum Nasroni memuji (Isa ) putera Maryam, sesungguh-nya aku hanya seorang hamba maka katakan; hamba Allah dan utusanNya" (HR. Al-Bukhari)
Karena sikap ghuluw ini kaum Nashara dan Yahudi selalu memohon doa kepada nabi mereka, yang berarti telah menjadikannya sebagai Tuhan.
Karena sikap ghuluw ini kaum Nashara dan Yahudi selalu memohon doa kepada nabi mereka, yang berarti telah menjadikannya sebagai Tuhan.
Untuk meluruskan keyakinan dan ibadah mereka yang salah itu, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelum-nya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan."
(Al-Maidah: 75)
2. Beritikaf dikuburan orang shalih
Mereka berdiam khusyu' berdo'a (i'tikaf) di kuburan-kuburan adalah karena betul-betul mengagungkan dan mencintai orang saleh yang telah meninggal tersebut, ini berarti beriba-dah kepada mereka, bahkan syirik, sebab i'tikaf itu hanya kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan tempatnya di masjid.
(Demikian riwayat Imam Al Bukhari dan Ibnu Jarir yang ditegaskan oleh imam Al Hafidh As Sakhawi)
3. Membuat patung dan gambar orang shalih
Setelah sekian lama orang-orang shalih tersebut diagungkan dalam kubur saja, akhirnya mereka merasa perlu menggambarkan rupa patungnya(monumen), untuk teladan mereka, peringatan dan kenangan atas amal-amal
shalihnya, agar dapat berjuang seperti dia, mereka juga menyembah Allah Subhannahu wa Ta'ala disisi kuburan orang saleh tersebut. Setelah mereka meninggal dan generasi berikut tidak tahu menahu asal muasalnya maka syaithan membisikkan kepada generasi baru ini bahwa nenek moyang mereka senan-tiasa mengagungkan dan menyembah patung-patung tersebut.
Berhala-berhala itu disembah setelah hilang ilmu dengan meninggalnya generasi tua mereka. Kasus ini sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Nuh yang memuja berhala-berhala orang-orang shaleh.
(Al-Maidah: 75)
2. Beritikaf dikuburan orang shalih
Mereka berdiam khusyu' berdo'a (i'tikaf) di kuburan-kuburan adalah karena betul-betul mengagungkan dan mencintai orang saleh yang telah meninggal tersebut, ini berarti beriba-dah kepada mereka, bahkan syirik, sebab i'tikaf itu hanya kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan tempatnya di masjid.
(Demikian riwayat Imam Al Bukhari dan Ibnu Jarir yang ditegaskan oleh imam Al Hafidh As Sakhawi)
3. Membuat patung dan gambar orang shalih
Setelah sekian lama orang-orang shalih tersebut diagungkan dalam kubur saja, akhirnya mereka merasa perlu menggambarkan rupa patungnya(monumen), untuk teladan mereka, peringatan dan kenangan atas amal-amal
shalihnya, agar dapat berjuang seperti dia, mereka juga menyembah Allah Subhannahu wa Ta'ala disisi kuburan orang saleh tersebut. Setelah mereka meninggal dan generasi berikut tidak tahu menahu asal muasalnya maka syaithan membisikkan kepada generasi baru ini bahwa nenek moyang mereka senan-tiasa mengagungkan dan menyembah patung-patung tersebut.
Berhala-berhala itu disembah setelah hilang ilmu dengan meninggalnya generasi tua mereka. Kasus ini sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Nuh yang memuja berhala-berhala orang-orang shaleh.
(lihat Fathul Bari 8 : 851-853)
4. Membangun kuburan dengan indah
Jika tujuannya ingin menghormati orang shaleh tersebut, maka cara yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam, adalah dengan mendo'akan, mewarisi ilmu, amal jariah dan mengamalkan-nya, bukan membangun kuburannya.
Sahabat Jabir Radhiallaahu anhu berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam melarang mengapur (menyemen) kuburan, duduk di atasnya dan membangun bangunan di atasnya." (HR. Muslim)
5. Berdoa disamping kuburan mereka
Sungguh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam memohon kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala jangan sampai kuburan beliau Shallallaahu 'alaihi wa Salam dijadikan tempat berdo'a. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda, artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah." (HR. Malik dan Ahmad).
Jangankan setelah wafat, disaat masih hidup pun beliau Shallallaahu 'alaihi wa Salam tetap melarang keras, isti'anah maupun istighasah yang ditujukan kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Salam karena itu semua hanya hak Allah semata. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam menegaskan bahwa itu semua bukan haknya.
Bersambung ...
4. Membangun kuburan dengan indah
Jika tujuannya ingin menghormati orang shaleh tersebut, maka cara yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam, adalah dengan mendo'akan, mewarisi ilmu, amal jariah dan mengamalkan-nya, bukan membangun kuburannya.
Sahabat Jabir Radhiallaahu anhu berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam melarang mengapur (menyemen) kuburan, duduk di atasnya dan membangun bangunan di atasnya." (HR. Muslim)
5. Berdoa disamping kuburan mereka
Sungguh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam memohon kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala jangan sampai kuburan beliau Shallallaahu 'alaihi wa Salam dijadikan tempat berdo'a. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda, artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah." (HR. Malik dan Ahmad).
Jangankan setelah wafat, disaat masih hidup pun beliau Shallallaahu 'alaihi wa Salam tetap melarang keras, isti'anah maupun istighasah yang ditujukan kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Salam karena itu semua hanya hak Allah semata. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam menegaskan bahwa itu semua bukan haknya.
Bersambung ...
Abu Iram Al-Atsary
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=258804610841578&set=at.136713616384012.27530.100001361221895.100000807720689&type=1&theater
Tidak ada komentar:
Posting Komentar