Pengadu Domba Tidak Masuk Surga

~ Pengadu Domba Tidak Masuk Surga ~
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhuma berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim no. 105)
Maksudnya: Tidak akan masuk surga pertama kali bersama dengan orang-orang yang masuk, melainkan dia akan disucikan dulu di neraka.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Dan mereka berdua disiksa bukan karena sesuatu yang besar. Adapun salah seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba sedangkan yang lainnya disiksa karena tidak menjaga dirinya dari (percikan) kencingnya.”
Kemudian beliau meminta pelepah kurma basah, lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian beliau menanam salah satunya pada kubur yang pertama dan yang satu lagi pada kubur yang kedua. Kemudian beliau bersabda, “Semoga siksa keduanya diringankan selama kedua pelepah ini belum kering.”
(HR. Al-Bukhari no. 6055 dan Muslim no. 292)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Inginkan kalian aku beritahukan apa itu al-’adhu? Dia adalah adalah adu domba, menyebarluaskan isu di tengah masyarakat.” (HR. Muslim no. 2606)
Penjelasan ringkas:
Namimah atau adu domba adalah perbuatan menukil ucapan sebagian orang lalu membawanya kepada sebagian orang lainnya dengan tujuan untuk merusak hubungan baik di antara kedua golongan tersebut. Ini merupakan amalan yang sangat tercela, Allah Ta’ala sendiri yang langsung mencelanya dan melarang kaum muslimin untuk mendengarkan celaannya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu mengikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari mengadu domba, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas, lagi banyak dosa.”
(QS. Al-Qalam: 10-12)
Namimah termasuk dari dosa-dosa besar, karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa di antara amalan yang paling banyak menyebabkan seseorang disiksa dalam kuburnya adalah karena dia melakukan namimah di muka bumi ini.
Adapun maksud kalimat ‘disiksa bukan karena sesuatu yang besar’ dalam hadits Ibnu Abbas di atas, maka itu bukan berarti kedua amalan itu bukanlah dosa besar.
Akan tetapi yang dimaksud adalah bahwa kedua amalan itu kecil atau enteng di mata mereka berdua atau di mata banyak manusia, akan tetapi sebenarnya kedua amalan ini sangat besar dosanya di mata Allah Ta’ala.
Ini dipertegan oleh hadits Hudzifah di atas yang menyebutkan secara tegas bahwa pelaku namimah tidak akan masuk surga.
Adapun berkenaan dengan hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu di atas, maka Ibnu Abdil Barr telah menyebutkan dari Yahya bin Abi Katsir bahwa beliau berkata, “Dalam sekejap, pelaku adu domba dan kedustaan bisa menimbulkan kerusakan dengan kerusakan yang tidak bisa ditimbulkan oleh penyihir dalam satu tahun.”
Abu Al-Khaththab berkata dalam Uyun As-Sa`il, “Di antara bentuk sihir, mengadakan adu domba dan merusak hubungan di antara manusia.”
Alasan namimah disamakan dengan sihir, karena kedua amalan ini bisa mengadakan kerusakan di tengah-tengah manusia secara cepat, tersembunyi, dan disertai dengan makar atau tipu daya.
Dari sisi inilah para ulama menyamakan keduanya, bukan dari sisi hukuman bagi pelakunya. Karena sudah dimaklumi bahwa pelaku sihir adalah kafir sementara pelaku namimah masih seorang muslim walaupun dia berbuat dosa yang sangat besar. Lihat Fath Al-Majid Syarh Kitab At-Tauhid bab: Penjelasan Beberapa Bentuk Sihir.
Tambahan pelajaran dari hadits Ibnu Abbas di atas:
1. Penetapan adanya azab kubur, sebagai bantahan kepada sekte Mu’tazilah yang mengingkarinya.
2. Penetapan adanya syafaat Nabi shallallahu alaihi wasallam di dunia, sesuai dengan apa yang Allah Ta’ala kehendaki.
3. Di antara tanda kenabian beliau shallallahu alaihi wasallam adalah mengabarkan kejadian yang ghaib.
4. Namimah atau adu domba adalah dosa besar tapi tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, dengan dalil Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan syafaat kepadanya. Sementara sudah dimaklumi bahwa orang kafir tidak diizinkan untuk mendapatkan syafaat.
5. Karena perbuatan Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan meletakkan pelepah kurma di atas adalah syafaat, maka tidak boleh seorang pun mencontohnya dengan meletakkan/menaburkan karangan bunga di atas kubur dengan alasan yang sama seperti Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Karena sekali lagi, kejadian ini adalah kekhususan untuk beliau shallallahu alaihi wasallam.
source : al-atsariyyah

Ratia Hilaliyah
~ Pengadu Domba Tidak Masuk Surga ~
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhuma berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim no. 105)
Maksudnya: Tidak akan masuk surga pertama kali bersama dengan orang-orang yang masuk, melainkan dia akan disucikan dulu di neraka.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma dia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Dan mereka berdua disiksa bukan karena sesuatu yang besar. Adapun salah seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba sedangkan yang lainnya disiksa karena tidak menjaga dirinya dari (percikan) kencingnya.”
Kemudian beliau meminta pelepah kurma basah, lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian beliau menanam salah satunya pada kubur yang pertama dan yang satu lagi pada kubur yang kedua. Kemudian beliau bersabda, “Semoga siksa keduanya diringankan selama kedua pelepah ini belum kering.”
(HR. Al-Bukhari no. 6055 dan Muslim no. 292)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Inginkan kalian aku beritahukan apa itu al-’adhu? Dia adalah adalah adu domba, menyebarluaskan isu di tengah masyarakat.” (HR. Muslim no. 2606)
Penjelasan ringkas:
Namimah atau adu domba adalah perbuatan menukil ucapan sebagian orang lalu membawanya kepada sebagian orang lainnya dengan tujuan untuk merusak hubungan baik di antara kedua golongan tersebut. Ini merupakan amalan yang sangat tercela, Allah Ta’ala sendiri yang langsung mencelanya dan melarang kaum muslimin untuk mendengarkan celaannya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu mengikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari mengadu domba, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas, lagi banyak dosa.”
(QS. Al-Qalam: 10-12)
Namimah termasuk dari dosa-dosa besar, karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa di antara amalan yang paling banyak menyebabkan seseorang disiksa dalam kuburnya adalah karena dia melakukan namimah di muka bumi ini.
Adapun maksud kalimat ‘disiksa bukan karena sesuatu yang besar’ dalam hadits Ibnu Abbas di atas, maka itu bukan berarti kedua amalan itu bukanlah dosa besar.
Akan tetapi yang dimaksud adalah bahwa kedua amalan itu kecil atau enteng di mata mereka berdua atau di mata banyak manusia, akan tetapi sebenarnya kedua amalan ini sangat besar dosanya di mata Allah Ta’ala.
Ini dipertegan oleh hadits Hudzifah di atas yang menyebutkan secara tegas bahwa pelaku namimah tidak akan masuk surga.
Adapun berkenaan dengan hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu di atas, maka Ibnu Abdil Barr telah menyebutkan dari Yahya bin Abi Katsir bahwa beliau berkata, “Dalam sekejap, pelaku adu domba dan kedustaan bisa menimbulkan kerusakan dengan kerusakan yang tidak bisa ditimbulkan oleh penyihir dalam satu tahun.”
Abu Al-Khaththab berkata dalam Uyun As-Sa`il, “Di antara bentuk sihir, mengadakan adu domba dan merusak hubungan di antara manusia.”
Alasan namimah disamakan dengan sihir, karena kedua amalan ini bisa mengadakan kerusakan di tengah-tengah manusia secara cepat, tersembunyi, dan disertai dengan makar atau tipu daya.
Dari sisi inilah para ulama menyamakan keduanya, bukan dari sisi hukuman bagi pelakunya. Karena sudah dimaklumi bahwa pelaku sihir adalah kafir sementara pelaku namimah masih seorang muslim walaupun dia berbuat dosa yang sangat besar. Lihat Fath Al-Majid Syarh Kitab At-Tauhid bab: Penjelasan Beberapa Bentuk Sihir.
Tambahan pelajaran dari hadits Ibnu Abbas di atas:
1. Penetapan adanya azab kubur, sebagai bantahan kepada sekte Mu’tazilah yang mengingkarinya.
2. Penetapan adanya syafaat Nabi shallallahu alaihi wasallam di dunia, sesuai dengan apa yang Allah Ta’ala kehendaki.
3. Di antara tanda kenabian beliau shallallahu alaihi wasallam adalah mengabarkan kejadian yang ghaib.
4. Namimah atau adu domba adalah dosa besar tapi tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, dengan dalil Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan syafaat kepadanya. Sementara sudah dimaklumi bahwa orang kafir tidak diizinkan untuk mendapatkan syafaat.
5. Karena perbuatan Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan meletakkan pelepah kurma di atas adalah syafaat, maka tidak boleh seorang pun mencontohnya dengan meletakkan/menaburkan karangan bunga di atas kubur dengan alasan yang sama seperti Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Karena sekali lagi, kejadian ini adalah kekhususan untuk beliau shallallahu alaihi wasallam.
source : al-atsariyyah
Ratia Hilaliyah :
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=257787734276301&set=at.111886518866424.21164.100001352298278.100000807720689&type=1&theater
Tidak ada komentar:
Posting Komentar