Misteri Alam Kubur

SERAMNYA ALAM KUBUR
Oleh: Ustadz Zainal Abidin, Lc.
Dari Hani’ Maula Utsman berkata bahwa ketika Utsman bin
Affan berdiri di depan kuburan, beliau Menangis hingga air matanya membasahi
jenggotnya. Lalu dikatakan kepadanya, “Diceritakan kepadamu tentang Surga dan
Neraka kamu tidak menangis, tetapi kamu menangis dari ini.” Maka beliau berkata
bahwa Rsulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ
نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا
بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا الْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ
“Kuburan adalah awal rintangan dari beberapa rintangan alam
akhirat. Jika sukses di alam itu maka setelahnya lebih mudah, dan jika tidak
sukses maka setelahnya lebih susah.” Kemudian beliau berkata bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda, “Tiada pemandangan yang pernah
saya lihat melainkan kuburan yang paling menyeramkan.” (Hasan, HR. Tirmidzi dan
Ibnu Majjah, lihat Shahihul Jami’ No.5623)
Ketika seseorang hamba diantar ke kuburan dia disertai tiga
hal, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Dan yang kembali pulang dua hal
yaitu harta dan keluarganya, sedangkan yang mengikutinya ham amalnya, seperti
yang telah ditegaskan Rasulullah صلي الله عليه وسلم dalam sabdanya:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ
وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ
وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Suatu yang mengikuti mayat ada tiga, kembali pulang dua dan
ikut bersamanya satu; dihantarkan keluarganya, hartanya dan amalnya, maka
kembali pulang keluarganya dan hartanya dan yang tersisa (bersamanya) amalnya.” (HR.
Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat Shahihul Jami’ No.8017)
Dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya berkata:“Ketika dinding
rumah Nabi صلي الله عليه وسلم roboh sementara Umar bin Abdul Aziz pada
saat itu sedang berada di Madinah, tiba-tiba telapak kaki salah seorang
penghuni kuburan yang dikubur di rumah itu terlihat dan telapak kaki itu terkena
sesuatu sehingga berdarah. Maka Umar bin Abdul Aziz kaget sekali, lalu Urwah
masuk ke rumah tersebut. Ternyata telapak kaki itu adalah telapak kaki Umar bin
Khaththab. Maka Urwah berkata kepada beliau, ‘Engkau jangan kaget, kaki
tersebut adalah kaki Umar bin Khaththab رضي الله
عنه.’ Lalu beliau menyuruh membangun kembali dinding tersebut dan
dikembalikan seperti keadaan semula.” (Lihat Kitab Majmu Rasail
Ibnu Rajab, Risalah Ahwalul Qubur, hal. 175)
Abu Umamah al-Bahili berkata,“Sesungguhnya kalian pada pagi
dan petang berada dalam hunian yang meraup kebaikan dan keburukan. Dan
hampir-hampir kalian akan pergi meninggalkannya menuju hunian lain yaitu
kuburan, suatu hunian yang sangat menyeramkan dan rumah yang sangat gelap,
tempat tinggal yang sangat sempit kecuali yang diluaskan Allah, kemudian kalian
akan dibangkitkan pada Hari Kiamat.” (idem, hal. 258)
Umar bin Abdul Aziz رحمه
الله berkata kepada salah seorang pendampingnya,“Wahai Fulan, Aku
tadi malam tidak bisa tidur karena merenungkan sesuatu.” Dia berkata, “Apa yang
sedang Engkau renungkan, wahai Amirul Mukmmin?” Beliau menjawab, “Aku sedang
merenungkan kuburan dan penghuninya. Jika kamu menyaksikan mayat pada hari
ketiganya di dalam kubur, niscaya kamu akan mendapatkan suatu bentuk sangat
mengerikan walaupun sebelum mati dia sangat menawan hati. Kamu menyaksikan
suatu hunian penuh dengan binatang binatang yang menyeramkan, badan yang mulai
mengembung dan bernanah yang dibuat santapan cacing tanah, sedang tubuh mulai
membusuk, kain kafan mulai hancur, sementara dahulu di dunia penampilannya
sangat menawan, aroma tubuhnya sangat semerbak wangi dengan parfum dan
pakaiannya sangat bersih dan indah.” Setelah itu beliau tersungkur pingsan.”
(idem, hal. 290)
Dari Yahya bin Abu Katsir bahwa Abu Bakar رضي الله
عنه pernah berkhutbah,“Di manakah mereka yang berwajah rupawan,
yang bangga dengan usia remajanya, yang silau dengan keperkasaannya, namun hal
itu tidak pernah dipersembahkan untuk peperangan? Di manakah mereka yang telah
membangun kota-kota besar yang dilindungi dengan benteng-benteng yang kokoh?
Semuanya telah ditelan oleh masa dan semuanya akan menuju kepada gelapnya
kuburan.” (idem, hal. 295)
Umar bin Dzar berkata,“Andaikata orang yang sehat wal’afiyat
mengetahui tubuh penghuni alam kubur hancur lebur (dimakan cacing tanah), maka
mereka akan sungguh-sungguh dan serius selama berada di dunia karena takut pada
suatu hari, di mana hati dan mata tercengang karena ketakutan.” (idem, hal.
296)
Abu Abdurahman al-Umari al-Abid berkata,“Wahai para pemilik
istana-istana yang megah! Ingatlah gelapnya hiburan yang menyeramkan, wahai
orang-orang yang bergelimang kenikmatan dan kelezatan, ingatlah cacing tanah,
darah campur nanah dan hancurnya jasad bersama tanah.” (idem, hal. 260)
DERITA DAN NIKMAT ALAM BARZAKH
Seorang muslim wajib beriman bahwa azab kubur merupakan
perkara yang haq, dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir kepada penghuni
kubur tentang Tuhannya, agamanya dan Nabinya suatu perkara yang pasti.(Lihat
Tahdzib Syarah Thahawiyah, hal. 237).
Maka Abu Abdullah berkata,“azab kubur suatu yang hak dan
tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang sesat dan menyesatkan.” (Lihat
Kitab ar-Ruh, Ibnu Qayyim, hal. 76)
Dan demikian itu berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma
sahabat, maka kuburan merupakan liang dari taman surga atau liang dari jurang
neraka, sehingga ketika seorang hamba mati dan dimasukkan ke liang kubur
berarti ia telah mengawali alam akhiratnya. Ketahuilah, para pembela kebenaran
sepakat bahwa Allah menciptakan untuk sang mayat suatu kehidupan yang bisa
berupa kesengsaraan dan kelezatan di alam kubur.(Lihat Syarah Fikih Akbar,
Mullah al-Qari, hal. 209).
Dan seorang tidak tahu secara persis berapa lama ia harus
tinggal di kampung hunian kuburan tersebut, kuburan adalah alam yang paling
menakutkan setiap salafush shalih. Dalam hadits Barra bin Azib رضي الله عنه yang panjang, bahwa tatkala Rasulullah
duduk di kuburan beliau bersabda “Berlindunglah kalian kepada Allah dari azab
kubur.” Ucapan itu diulang hingga dua atau tiga kali, kemudian beliau
menuturkan tentang kondisi mayat mukmin dengan bersabda, “Maka ruhnya
dikembalikan ke jasadnya kemudian datanglah dua malaikat dan keduanya
mendudukkannya lalu keduanya bertanya, ‘Siapakah Tuhanmu?’ Maka ia menjawab, ‘Tuhanku
adalah Allah. Keduanya bertanya lagi, ‘Apa agamamu?’ Maka ia men jawab,
‘Agamaku adalah Islam.’ Keduanya bertanya lagi “Siapa orang yang diutus
kepadamu?’ Maka ia menjawab ‘Dia adalah Muhammad sebagai utusan Allah’. Lalu
keduanya bertanya kepadanya, ‘Bagaimana kamu bisa tahu tentang hal itu?’ Ia
menjawab, ‘Saya membaca Kitabullah lalu saya beriman dan membenarkannya.’”
“Maka terdengarlah dari langit suara panggilan yang
memanggil. ‘Jawaban hamba-Ku sudah benar. Maka hamparkanlah (permadani) dari
surga dan bukakan pintu menuju arah surga serta berikanlah pakaian dari surga.’
Beliau bersabda, “Maka masuklah ke alam kubur aroma semerbak
dan wanginya surga lalu alam kuburnya diluaskan sejauh pandangan matanya.”
Beliau melanjutkan, “Maka datanglah seorang lelaki yang
berwajah tampan, berpakaian bagus dan menamakan wewangian lalu ia berkata,
‘Bergembiralah dengan sesuatu yang pernah dijanjikan kepadamu. Maka si mayat
bertanya kepadanya, ‘Siapa kamu? Wajahmu datang membawa kebaikan.’ Maka ia
menjawab, ‘Maka saya adalah amal shalihmu.’ Maka ia berkata, ‘Ya Allah,
bangkitkan segera Hari Kiamat hingga aku bisa kembali kepada keluargaku dan
hartaku.’
Kemudian beliau menceritakan kematian orang kafir beliau
bersabda, “Maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya lalu datanglah dua malaikat dan
mendudukkannya lalu keduanya bertanya kepadanya, ‘Siapa Tuhanmu?’ la menjawab,
‘Ha… ha… saya tidak tahu’. Lalu keduanya berlanya lagi, ‘Apa agamamu?’ Ia
menjawab, ‘Ha… ha… saya tidak tahu’. Keduanya bertanya lagi, “Siapa yang diutus
kepadamu menjadi nabi?’ Ia menjawab, ‘Ha… ha saya tidak tahu’.
Maka terdengarlah suara panggilan memanggil dari alas
langit, “Ia berdusta. Hamparkanlah permadani dari neraka, berikanlah pakaian
dari neraka dan bukakanlah pintu menuju neraka.”
Beliau bersabda, “Maka masuklah panasnya dan racunnya
neraka, sehingga tulang rusuknya berantakan dan datanglah seorang lelaki yang
berwajah buruk, berpakaian kumal dan berbau busuk. Lalu ia berkata,
‘bergembiralah dengan nasib buruk ini yang telah dijanjikan kepadamu
sebelumnya.’ Si mayat bertanya, ‘Siapakah dirimu? Datang berwajah buruk?. Ia
menjawab ‘Saya adalah amal burukmu’. Maka ia berkata, ‘Ya Tuhan-ku, janganlah
Engkau bangkitkan Hari Kiamat.’”
Ada tambahan dari hadits Jarir bahwa beliau bersabda, “Kemudian
dihadirkan orang buta dan bisu yang ditangannya terdapat cemeti terbuat dari
besi. Andaikata digunakan untuk memukul gunung, maka gunung itu akan menjadi
debu bertebaran.”
(Shahih, HR. Abu Daud, Ahmad dan Hakim dalam Mustadraknya
dan beliau berkata bahwa hadits ini shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim
dan dishahihkan Ibnu Qayyim dalam Tadzhibus Sunan 4/ 348-349)
Begitulah wahai saudaraku, kenikmatan surga bisa sampai
kepada hamba pada saat masih berada di alan kubur, dan demikian pula siksaan neraka
sampai kepada hamba pada saat masih berada di alam kubur, hingga malaikat
Israfil meniup sangkakala sebagai pertanda Hari Kiamat tiba.
Pasca kematian bukan tempat peristirahatan namun alam
pertanggungjawaban dan tempat untuk menghisab seluruh amal perbuatan, maka sang
penyair berkata: “Jikalau kita telah mati dibiarkan maka kematian
menjadi tujuan setiap yang hidup. Tetapi tatkala kita mati pasti dibangkitkan
dan ditanya tentang segala sesuatu.”
Wahai Dzat pengambil nyawa dari jiwa manusia pada saat
kematian, wahai Dzat Pengampun dosa, jauhkanlah kami dari siksa kubur.
SIKSA KUBUR MENIMPA JASAD DAN RUH
Menurut pendapat yang shahih siksa kubur menimpa jasad dan
ruh seperti yang telah ditegaskan dalam hadits-hadits berikut ini:
Dari Anas bin Malik رضي الله
عنه bahwa seorang lelaki atau wanita berkulit hitam, tukang sapu
masjid meninggal dunia lalu dikubur pada malam hari, kemudian diberitahukan
kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم, dan beliau bersabda:
إِنَّ هَذِهِ اَلْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا,
وَإِنَّ اَللَّهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلَاتِي عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan bagi
penghuninya. Dan Allah Azza wa Jalla memberi cahaya pada kuburan itu dengan
shalatku atas mereka.” Maka beliau mendatangi kuburannya dan shalat atasnya.”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan Imam
al-Haitsami dalam MajmaZawaidnya (4191) 3/ 145-146 dari Anas bin Malik)
Dan dari Ibnu Abbas رضي الله
عنهما berkata: “Pada suatu hari ketika Saad bin Muadz
dikubur maka Nabi صلي الله عليه وسلم duduk di hadapan kuburannya lalu bersabda:
‘Seandainya seseorang bisa selamat dari siksa kubur atau pertanyaan di alam
kubur maka Sa’ad bin Muadz pasti selamat darinya, namun dia diimpit dengan
sekali impitan kemudian dilonggarkan darinya.’” (Shahih diriwayatkan Imam
at-Thabrani dalam al-Kabir (10827), Imam al-Haitsami dalam Majma Zawaidnya
(4257) dan Silsilah Ahadits Shahihah (1695).
Menurut pendapat yang benar bahwa siksa kubur menimpa ruh
dan jasad seperti yang telah ditegaskan Imam Ibnu Rajab, “Di antara
dalil-dalil yang menunjukkan bahwa siksa kubur menimpa jasad dan ruh adalah
hadits-hadits yang menjelaskan tentang mayat yang diimpit di alam kuburnya hingga
tulang rusuknya hancur berantakan. Kalau siksa kubur hanya menimpa ruh saja
maka tidak hanya khusus terjadi di alam kubur saja dan tidak perlu dinisbatkan
kepadanya.”
(Lihat Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab, risalah Ahwalul
Qubur, hal. 192)
Imam As-Subki berkata, “Kembalinya ruh ke jasad
di alam kubur merupakan ketetapan (final) berdasarkan hadits shahih yang
berlaku bagi semua mayat terutama bagi orang-orang yang mati syahid.”
(Lihat
Syarhus Sudur, Imam as-Suyuthi, hal. 204)
Ibnu Qayyim berkata, “Jika kamu telah mengetahui beberapa
pendapat yang batil, maka ketahuilah madzhab salaful ummah dan para imam sunnah
(bersepakat) bahwa seorang hamba setelah mati berada dalam nikmat atau azab di
alam kubur. Dan demikian itu menimpa ruh dan jasadnya. Dan setelah ruh berpisah
dari badan maka ia terus berada dalam nikmat atau azab. Dan terkadang menimpa
badan sehingga ia mendapat nikmat atau azab. Kemudian pada saat kiamat besar
maka ruh-ruh tersebut dikembalikan ke badan lalu semuanya bangkit dari alam
kubur mereka untuk menghadap Rabbul Alamin. Sedang kembalinya ruh ke jasad
telah terjadi kata sepakat antara kaum muslimin, Yahudi dan Nasrani.”
(Lihat
Kitab ar-Ruh, Ibnu Qayyim, hal. 69)
Inilah yang dimaksud sabda Nabi,“Sesungguhnya nyawa orang
beriman berbentuk burung yang bertengger di pohon surga hingga dikembalikan
Allah ke jasadnya pada hari Allah membangkitkannya.”
(Imam as-Suyuthi berkata bahwa hadits ini diriwayatkan Imam
Malik, Ahmad dan Nasa’i dengan Sanad yang shahih. Imam Ibnu Katsir berkata:
Hadits ini sandanya shahih (lihat Syarhus Sudur, hal. 306 dan Tafsir Ibnu
Katsir tafsir surat ali Imran ayat: 169)
BENTUK-BENTUK SIKSA KUBUR
Bentuk dan macam siksa kubur banyak sekali, di antara bentuk
dan macam siksa kubur yang menimpa para penghuninya adalah:
1. Alam Kubur Sangat Gelap dan Seram
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ هَذِهِ اَلْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا,
وَإِنَّ اَللَّهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلَاتِي عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan bagi
penghuninya. Dan Allah Azza wa Jalla memberi cahaya pada kuburan itu dengan
shalatku atas mereka.” (Telah Berlalu takhrijnya)
2. Azab Kubur Dipukul dengan Cemeti Besi
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ
أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ
فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ
اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ أَبْدَلَكَ
اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ
لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا
تَلَيْتَ ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ
فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
“Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan di liang kubur
dan para pengantar pulang maka ia mendengar suara terompah mereka. Datanglah
dua malaikat lalu mendudukkannya kemudian bertanya, Apa komentarmu tentang
Muhammad?’ Adapun orang mukmin menjawab, Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba
Allah dan utusan-Nya.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Lihat tempat tinggalmu dari
api neraka telah diganti oleh Allah dengan tempat tinggal dari surga.’ Maka ia
bisa melihat keduanya. Dan adapun orang munafik dan orang kafir, maka ditanya,
Apa komentarmu tentang orang ini (Muhammad)?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak tahu.
Aku mengatakan sebagaimana yang dikatakan orang-orang.’ Maka dikatakan
kepadanya, ‘Kamu tidak mengerti dan tidak tahu.’ Dan dia dipukul dengan gadam
yang terbuat dari besi sekali pukulan. Maka ia berteriak kencang hingga
didengar makhluk yang ada disekitarnya kecuali manusia dan jin!” (HR.
Bukhari)
3. Azab Kubur dengan Diimpit Bumi
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata, “Pada suatu
hari ketika Saad bin Muadz dikubur maka Nabi صلي الله
عليه وسلم duduk di hadapan kuburannya lalu bersabda, ‘Seandainya
seseorang bisa selamat dari siksa kubur atau pertanyaan di alam kubur maka
Sa’ad bin Muadz pasti selamat darinya, namun dia diimpit dengan sekali impitan
kemudian dilonggarkan darinya.” (Telah berlalu Takhrij-nya)
4. Azab Kubur dengan Dibelit Ular Berbisa
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
يُرْسَلُ عَلَي الكَافِرِ حَيَّتَانِ وَاحِدَةٌ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ
وَأُخْرَي مِنْ قِبَلِ رِجْلَيْهِ تَقْرِضَانِهِ قَرْضًا كُلَّمَا فَرَغَتَا عَادَتَا
إِلَي يَوْمِ القِيَامَةِ
“Dikirim kepada orang kafir dua ekor ular, seekor ular dari
arah kepalanya dan yang lainnya dari arah kakinya yang membelitnya dengan kuat,
ketika tuntas maka kembali membelitnya hingga Hari Kiamat.”[Hasan diriwayatkan
Imam al-Haitsami dan beliau berkata: Diriwayatkan Ahmad dan sanad hadits ini
hasan. No: 3/180 (4284)]
5. Azab Kubur Dibakar dengan Api
Sebagian penghuni kubur disiksa dengan api neraka pada pagi
dan petang[1] seperti firman Allah:
ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ
مُّبِينٍ. إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْماً
عَالِينَ
“Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa
tanda-tanda (kebesaran Kami), dan bukti yang nyata. Kepada Fir’aun dan pembesar-pembesar
kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.” (QS
Al-Mukminun [23]: 45-46).
[1] Maksud Penulis mungkin adalah firman Allah:
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ
السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan
pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun
dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS Al-Mu’min/ Ghofir
[40]: 46) (Ibnu Majjah)
6. Azab Kubur untuk Orang Sombong
Di antara pemicu siksa kubur adalah sikap angkuh dan
sombong, sebagaimana sabda Nabi صلي الله عليه وسلم:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي حُلَّةٍ تُعْجِبُهُ نَفْسُهُ مُرَجِّلٌ
جُمَّتَهُ إِذْ خَسَفَ اللَّهُ بِهِ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ
“Ketika seseorang sedang berjalan, mengenakan pakaian yang
merasa bangga diri dan rambut tersisir dengan baik, tiba-tiba Allah
tenggelamkan ke bumi dan dia dalam keadaan sekarat hingga Hari Kiamat.”(HR.
Bukhari)
7. Azab Kubur bagi Koruptor dan Pemakan Harta Haram
Rasulullah bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَخَذَهَا
يَوْمَ خَيْبَرَ مِنْ الْمَغَانِمِ لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ لَتَشْتَعِلُ
عَلَيْهِ نَارًا
“Dan demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya
sehelai kain kecil dari harta ghanimah yang dia curi pada perang Khaibar yang
diluar pembagian ghanimah akan menjadi bara api (di alam kuburnya).” (HR.
Bukhari dan Muslim)
8. Azab Kubur Bagi Orang yang Suka Ghibah atau Namimah
dan Tidak Menjaga Kencing
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا
أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ
يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ
فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ
هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Sesungguhnya keduanya disiksa dan keduanya tidak disiksa
dalam perkara besar. Adapun yang pertama tidak menjaga dari percikan kencing
dan yang kedua berjala’ di muka bumi dengan namimah.” Kemudian beliu mengambil
pelepah kurma basah dan membelai menjadi dua lalu beliau menancapkan pada
setia} kuburan satu pelepah kurma.” Mereka berkata “Wahai Rasulullah, kenapa
engkau melakukan itu?” Beliau bersabda, “Mudah-mudahkan diringankan (siksa
kubur) dari keduanya, selagi (pelepah kurma itu) belum kering.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
9. Azab Kubur Bagi Khatib Gadungan
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
“Aku pernah mendatangi sekelompok laki-laki pada waktu Isra’
mi’rajku yang lisan mereka sedang dipotong-potong dengan alat pemotong dari
neraka. Aku bertanya, ‘Siapakah mereka, wahai Jibril?’ Beliau menjawab, ‘Mereka
adalah para khatib dari umatmu yang memerintahkan manusia dengan kebaikan
sementara melupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca al-Kitab, apakah
mereka tidak berfikir?’”
(Shahih diriwayatkan Imam al-Haitsami dalam Majma Zawaid dan
beliau berkata: Hadits ini diriwayatkan Abu Ya’la dan para perawinya adalah
para perawi hadits shahih. (7/279) dan lihat Shahihul Jami’ no: 129)
10. Azab Kubur yang Menimpa Pendusta, Pezina, Pemakan
Riba, Meninggalkan Shalat dan Orang yang Menelantarkan Al-Qur’an
Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:
لَكِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخَذَا
بِيَدِي فَأَخْرَجَانِي إِلَى الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ
وَرَجُلٌ قَائِمٌ بِيَدِهِ كَلُّوبٌ مِنْ حَدِيدٍ قَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا عَنْ
مُوسَى إِنَّهُ يُدْخِلُ ذَلِكَ الْكَلُّوبَ فِي شِدْقِهِ حَتَّى يَبْلُغَ قَفَاهُ
ثُمَّ يَفْعَلُ بِشِدْقِهِ الْآخَرِ مِثْلَ ذَلِكَ وَيَلْتَئِمُ شِدْقُهُ هَذَا
فَيَعُودُ فَيَصْنَعُ مِثْلَهُ قُلْتُ مَا هَذَا قَالَا انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا
حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ عَلَى قَفَاهُ وَرَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى
رَأْسِهِ بِفِهْرٍ أَوْ صَخْرَةٍ فَيَشْدَخُ بِهِ رَأْسَهُ فَإِذَا ضَرَبَهُ
تَدَهْدَهَ الْحَجَرُ فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ لِيَأْخُذَهُ فَلَا يَرْجِعُ إِلَى
هَذَا حَتَّى يَلْتَئِمَ رَأْسُهُ وَعَادَ رَأْسُهُ كَمَا هُوَ فَعَادَ إِلَيْهِ
فَضَرَبَهُ قُلْتُ مَنْ هَذَا قَالَا انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا إِلَى ثَقْبٍ
مِثْلِ التَّنُّورِ أَعْلَاهُ ضَيِّقٌ وَأَسْفَلُهُ وَاسِعٌ يَتَوَقَّدُ تَحْتَهُ
نَارًا فَإِذَا اقْتَرَبَ ارْتَفَعُوا حَتَّى كَادَ أَنْ يَخْرُجُوا فَإِذَا
خَمَدَتْ رَجَعُوا فِيهَا وَفِيهَا رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ فَقُلْتُ مَنْ هَذَا
قَالَا انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ
رَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى وَسَطِ النَّهَرِ قَالَ يَزِيدُ وَوَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ عَنْ
جَرِيرِ بْنِ حَازِمٍ وَعَلَى شَطِّ النَّهَرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ
فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى
الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ
لِيَخْرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ فَقُلْتُ مَا هَذَا
قَالَا انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا حَتَّى انْتَهَيْنَا إِلَى رَوْضَةٍ خَضْرَاءَ
فِيهَا شَجَرَةٌ عَظِيمَةٌ وَفِي أَصْلِهَا شَيْخٌ وَصِبْيَانٌ وَإِذَا رَجُلٌ
قَرِيبٌ مِنْ الشَّجَرَةِ بَيْنَ يَدَيْهِ نَارٌ يُوقِدُهَا فَصَعِدَا بِي فِي
الشَّجَرَةِ وَأَدْخَلَانِي دَارًا لَمْ أَرَ قَطُّ أَحْسَنَ مِنْهَا فِيهَا
رِجَالٌ شُيُوخٌ وَشَبَابٌ وَنِسَاءٌ وَصِبْيَانٌ ثُمَّ أَخْرَجَانِي مِنْهَا
فَصَعِدَا بِي الشَّجَرَةَ فَأَدْخَلَانِي دَارًا هِيَ أَحْسَنُ وَأَفْضَلُ فِيهَا
شُيُوخٌ وَشَبَابٌ قُلْتُ طَوَّفْتُمَانِي اللَّيْلَةَ فَأَخْبِرَانِي عَمَّا
رَأَيْتُ قَالَا نَعَمْ أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ
يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ
بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ
عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ
بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي
الثَّقْبِ فَهُمْ الزُّنَاةُ وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهَرِ آكِلُوا الرِّبَا
وَالشَّيْخُ فِي أَصْلِ الشَّجَرَةِ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام
وَالصِّبْيَانُ حَوْلَهُ فَأَوْلَادُ النَّاسِ وَالَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ
خَازِنُ النَّارِ وَالدَّارُ الْأُولَى الَّتِي دَخَلْتَ دَارُ عَامَّةِ
الْمُؤْمِنِينَ وَأَمَّا هَذِهِ الدَّارُ فَدَارُ الشُّهَدَاءِ وَأَنَا جِبْرِيلُ
وَهَذَا مِيكَائِيلُ فَارْفَعْ رَأْسَكَ فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا فَوْقِي
مِثْلُ السَّحَابِ قَالَا ذَاكَ مَنْزِلُكَ قُلْتُ دَعَانِي أَدْخُلْ مَنْزِلِي
قَالَا إِنَّهُ بَقِيَ لَكَ عُمُرٌ لَمْ تَسْتَكْمِلْهُ فَلَوْ اسْتَكْمَلْتَ
أَتَيْتَ مَنْزِلَكَ
“Akan tetapi aku bermimpi didatangi oleh dua orang lelaki
lalu keduanya memegang tanganku dan keduanya membawaku ke bumi yang disucikan,
tiba-tiba aku dapati seorang yang sedang duduk dan seorang lagi sedang berdiri
sementara di tangannya memegang tombak dari besi. Sebagian sahabat kami
berkata, ‘Dari Musa.’ Tombak besi itu ditusukkan pada pojok mulut hingga tembus
ke tengkuk. Kemudian ditusukkan pada pojok mulut sebelahnya seperti itu.
Setelah pojok mulut pulih kembali maka disiksa lagi seperti itu.
“Aku bertanya, ‘Siapakah dia itu?’ Kedua orang itu berkata,
‘Pergilah.’ Maka kami pergi hingga bertemu dengan orang yang sedang tidur
terlentang dan seorang lagi berdiri di atas kepalanya dengan memegang alat
pemukul atau batu besar lalu dihantamkan ke arah kepalanya. Ketika dihantam
dengan batu maka batu tersebut terpental. Maka orang itu pergi untuk
mengambilnya dan tidaklah orang itu kembali melainkan kepala tersebut rekat
dan kembali seperti semula. Orang itu kembali kepadanya dan memukulnya.
“Aku bertanya, ‘Siapakah dia itu?’ Keduanya berkata,
‘Pergilah!’ Maka kami pergi hingga sampai di suatu tempat yang berlubang besar
seperti dapur roti bagian atas sempit sedangkan bagian bawah lebar. Dari arah
bawah ada api yang menyala. Ketika api mendekat, maka mereka terangkat hingga
mereka hampir keluar dan ketika api padam mereka kembali ke tempat semula. Dan
di dalamnya terdapat kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam kondisi telanjang.
Maka aku bertanya, ‘Siapakah mereka itu?’ Keduanya berkata,
‘Pergilah!” Maka kami pergi hingga kami mendatangi sebuah sungai darah,
sementara ditengah sungai ada seorang lelaki yang berdiri. Dan di tepi sungai
ada seorang lelaki yang di hadapanya ada batu-batu. Ketika orang yang di
tengah sungai berenang ketepi dan hendak keluar darinya maka orang tersebut
melemparkan batu tepat pada mulutnya. Orang tersebut kembali ke tempat semula.
Dan setiap orang tersebut ingin ke tepi dan hendak keluar maka dilempar dengan
batu hingga kembali ke tempat semula.
Aku bertanya, ‘Siapakah dia itu?’ Keduanya berkah
‘Pergilah.’Maka kami pergi hingga kami sampai di suah taman yang sangat hijau.
Dan di dalamnya terdapat pohon yang sangat besar dan di bawah pohon ada orang
tua dan anak-anak. Sementara ada orang laki-laki yang dekat dengan pohon di
tangannya memegang api yang dia nyalakan lalu dia membawaku ke atas pohon dan
memasukkanku ke dalam sebuah rumah yang belum pernah aku lihat suatu rumah
sebagus itu. Di dalamnu terdapat kaum laki-laki tua, para pemuda, kaum wanita
dan anak-anak. Kemudian keduanya membawaku keluar darinya dan menaikkanku ke
pohon dan memasukkan ku ke sebuah rumah yang lebih bagus dan lebih indah. Di
dalamnya terdapat kaum lelaki tua dan para pemuda.
Aku berkata, ‘Kalian berdua telah membawaku berkeliling
semalam suntuk, maka kabarkan kepadaku tentang apa yang aku lihat?’Keduanya
berkata, ‘Ya Adapun orang yang ditusuk pojok mulutnya adalah pendusta yang
berbicara kedustaan. Lalu diambil suatu kabar darinya hingga tersebar ke
seluruh penjuru dunia dan dia disiksa sebagaimana yang kamu lihat hingga Hari
Kiamat. Adapun orang yang dihantam kepalanya dengan batu adalah orang yang
diajarkan Allah tentang Al-Qur’an lalu tidur di malam hari dan tidak
mengamalkan (Al-Qur’an) di siang hari maka dia disiksa hingga Kiamat. Mereka yang
kamu lihat berada di lubang besar maka mereka adalah para pezina. Dan orang
yang kamu lihat berada di tengah sungai adalah pemakan riba. Dan orang tua yang
berada di bawah pohon adalah Nabi Ibrahim, sementara anak-anak yang berada di
sekitarnya adalah anak-anak umat manusia. Dan orang yang menyalakan api adalah
malaikat Malik penjaga neraka. Rumah yang kamu masuki pertama kali adalah rumah
hunian kaum mukminin secara umum. Adapun rumah berikutnya adalah rumah
orang-orang yang mati syahid. Dan Aku adalah Jibril sedang ini adalah Mikail.
Maka angkatlah kepalamu.’ “Maka aku mengangkat kepalaku tiba-tiba ke arah atas
aku melihat seperti mendung. Keduanya berkata, ‘Itu adalah rumahmu.’ “Aku
berkata, ‘Biarkan aku masuk ke rumahku.’ Keduanya berkata, ‘Sesungguhnya kamu
masih punya sisa umur yang belum kamu habiskan, jika kamu telah menyempurnakan
umurmu, maka kamu akan memasuki rumahmu.” (HR. Bukhari)
PEMICU UTAMA SIKSA KUBUR
Sebab-sebab yang memicu siksa kubur yang menimpa penghuni
alam barzakh terbagi menjadi dua macam:
Pertama, sebab umum yaitu mereka disiksa
karena kejahilan mereka terhadap Allah, tidak menunaikan ketaatan dan melakukan
kemaksiatan. Allah tidak menyiksa ruh yang mengenal-Nya, mencintai-Nya,
mengikuti perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan tidak menyiksa badan untuk
selamanya selagi kondisi ruhnya demikian. Dan siksa kubur dan azab akhirat
menimpa seorang hamba akibat murka dan marah Allah kepadanya. Siapa yang
perbuatan mengundang murka dan marah Nya di dunia dengan melakukan maksiat sampai
mati belum sempat bertobat, maka ia mendapat siksa kubur sesuai kadar murka dan
marah Allah kepadanya.
Kedua, sebab khusus sebagaimana
yang dikabarkan Rasulullah tentang dua orang yang disiksa di alam kuburnya:
orang yang pertama disiksa karena namimah di tengah manusia dan orang yang
kedua disiksa karena tidak menjaga percikan kencing. Kemudian beliau juga
menyebutkan orang disiksa karena shalat tanpa bersuci, orang disiksa karena
melewati orang teraniaya tapi tidak menolongnya, orang disiksa karena diberi
Al-Qur’an tapi tidak shalat malam dan tidak mengamalkannya, mereka disiksa
karena berzina, mereka disiksa karena memakai harta riba, mereka disiksa karena
malas shalat subuh, mereka disiksa karena tidak mau membayar zakat, mereka
disiksa karena menyulut api fitnah di tengah umat manusia, mereka disiksa
karena sombong dan congkak, mereka disiksa karena beramal riya, dan mereka
disiksa karena suka mengumpat dan menghina orang lain.
(Lihat al-lrsyad lla
Shahihal-lqtiqad, Syaikh Shalih al-Fauzan, hl. 321-322)
Akan tetapi mayoritas siksa kubur diakibatkan karena tidak
menjaga percikan kencing, ghibah atau namimah sebagaimana yang dijelaskan Nabi صلي الله عليه وسلم dalam sabdanya:
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا
أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ
يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ
فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ
هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Sesungguhnya keduanya disiksa dan keduanya tidak disiksa
dalam perkara besar. Adapun yang pertama tidak menjaga dari percikan kencing
dan yang kedua berjalan di muka bumi dengan namimah”. Kemudian beliau mengambil
pelepah kurma basah dan membelah menjadi dua lalu beliau menancapkan pada
setiap kubviran satu pelepah kurma. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa
engkau melakukan itu?” Beliau bersabda, “Mudah-mudahkan diringankan (siksa
kubur) dari keduanya, selagi (pelepah kurma itu) belum kering.” (Telah
berlalu takhrij-nya)
Bahkan kencing menjadi faktor utama dan dominai siksa kubur
seperti yang telah ditegaskan sebuah hadits dari Abu Hurairah رضي الله
عنه bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
أَكْثَرُ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْ اَلْبَوْلِ
“Kebanyakan azab kubur dari kencing.” [Shahih,
HR. Ahmad dan Ibnu Majah serta dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil
(280)]
Imam Qatadah berkata,“Sesungguhnya (mayoritas; siksa
kubur berasal dari tiga perkara: ghibah, namimah dan kencing.” (Lihat
Syarhus Sudur, Imam as-Suyuthi, hal.162)
Sebagian ulama menyingkap alasan, kenapa mayoritas siksa
kubur disebabkan percikan kencing, namimah atau ghibah. Karena kuburan adalah
rintangan pertama kali akhirat dan di dalamnya terdapat berbagai macam kejadian
sebagai rentetan peristiwa yang akan terjadi setelah Hari Kiamat, baik berupa
siksa atau pahala.Sedangkan maksiat yang dilakukan seorang hamba ada dua macam,
yakni maksiat yang terkait dengan hak Allah dan maksiat yang terkait dengan hak
hamba.Sementara hak Allah yang pertama kali dihisab adalah shalat dan hak hamba
yang pertama dihisab adalah darah. Adapun di alam Barzakh diputuskan pembuka
dan pemicu utamanya, sementara pembuka shalat adalah bersuci dari hadats
dan najis sedangkan pembuka pertumpahan darah adalah namimah dan ghibah. Dan
keduanya merupakan dosa paling mudah terjadi, sehingga awal perhitungan dan
siksaan di alam Barzakh dimulai dengan kencing dan namimah atau ghibah. (Lihat
Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab, risalah Ahwalul Qubur, hal.142-143)
HIKMAH AZAB KUBUR TIDAK DIDENGAR MANUSIA
Para ulama sepakat bahwa azab kubur bisa didengar oleh
semua makhluk yang berada di sekitar kuburan kecuali manusia dan bangsa jin
sebagaimana sabda Nabi:
وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ
أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ
يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ
صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
“Dan adapun orang munafik dan orang kafir, maka ditanya:
‘Apa komentarmu tentang orang ini (Muhammad)?’ Dia menjawab: ‘Aku tidak tahu.
Aku mengatakan sebagaimana yang dikatakan orang-orang. Maka dikatakan
kepadanya: ‘Kamu tidak mengerti dan tidak tahu!. ‘Dan dia dipukul dengan gadam
yang terbau dari besi sekali pukulan. Maka ia berteriak kencang hingga didengar
makhluk yang ada di sekitarnya kecual manusia dan jin.” (HR.
Bukhari)
Adapun hikmahnya sebagaimana yang dijelaskai Syaikh Muhammad
bin Shalih al-Utsaimin (Lihat Majmu Fatawa Syaikh Utsaimin, 8/ 482-483) sebagai
berikut:
1. Karena Rasulullah bersabda: “Kalau bukan
karena kalian saling mengubur orang yang mati maka aku akan berdoa kepada Allah
agar kalian dapat mendengar siksa kubur.” (HR. Muslim)
2. Dalam rangka untuk menutup aib si mayyit.
3. Tidak membuat gundah keluarga yang masih
hidup, karena bila keluarga yang masih hidup mengetahui bahwa mayyit disiksa,
pasti hidupnya akan gelisah dan tidak merasa tentram.
4. Tidak memalukan keluarga yang masih hidup
karena pasti akan berbicara “inilah nasib anakmu’ “inilah nasib orang tuamu”
dan “inilah nasib saudaramu” dan seterusnya.
5. Bisa saja orang mendengar akan binasa karena
bukan hanya sekedar teriakan, bahkan jeritan kencang yang membuat jantung
pecah, sehingga orang yang mendengar bisa pingsan atau mati.
6. Jika manusia bisa mendengar siksa kubur maka
beriman terhadap siksa kubur merupakan perkara indrawi bukan lagi perkara
ghaib, sehingga nilai ujian akan hilang. Karena manusia akan dengan mudah
beriman dengan siksa kubur karena dia bisa menyaksikan dengan alat indranya. Tetapi
bila siksa kubur perkara ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan berita
wahyu maka hikmah beriman dengan perkara ghaib menjadi suatu yang nampak nyata.
(Disalin dari buku Misteri Alam Kubur, penerbit Pustaka Imam
Abu Hanifah, di-download dari www.ibnumajjah.wordpress.com via Facebook MUSLIM
FACEBOOK PEDULI UMAT’s Notes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar