Tauhid : Aqidah 23 : Syarah Al-'Aqidah Al-Wasithiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
oleh Abu Hashifah Rickywahyudi pada 01 Juni 2011 jam 10:54
( Studi Tentang Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah ), [ 23 ]
oleh Abu Hashifah Rickywahyudi pada 01 Juni 2011 jam 10:54
MADZHAB AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH DALAM MASALAH PARA SHAHABAT RASULULLAH, ISTERI, DAN AHLI BAIT BELIAU
Oleh : Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathani
Salah satu prinsip Ahlu Sunnah adalah bersihnya hati mereka dari kedengkian, kebencian, dan
permusuhan terhadap para shahabat RasulullahShallallahu alaihi wa sallam. Lidah mereka juga bersih dari perbuatan mencaci dan mencela. Mereka memohon keridhaan untuk para sahabat dan mendoakan mereka :
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ
"Wahai Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudarasaudara kami yang telah beriman lebih dahulu
daripada kami." (Al-Hasyr : 10).
Mereka mematuhi perintah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. yang bersabda:
"Janganlah kalian mencela para sahabatku. Demi jiwaku di tangan-Nya, jika salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Uhud, niscaya tidak sebanding dengan satu mud mereka atau setengahnya.." ( aL-Bukhari, "Fathul Bari", VII/21 dan Muslim IV/1967.)
Mereka menerima keutamaan-keutamaan para shahabat sebagaimana yang dikabarkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah. Mereka lebih mengutamakan para shahabat yang telah berinfak dan berperang sejak sebelum Fathu Makkah. Mereka lebih mengutamakan shahabat-shahabat Muhajirin di atas shahabat-shahabat Anshar. Mereka juga mengutamakan sepuluh shahabat Muhajirin yang diberi kabar gembira masuk jannah . Mereka meyakini bahwa Allah telah melihat kepada Ahli Badar yang berjumlah tiga ratus lebih lalu berfirman :
"Berbuatlah kalian semau kalian, karena sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian.".
(Al-Bukhari, "Fathul Bari", VII/305 dan Muslim IV/1941 )
(Al-Bukhari, "Fathul Bari", VII/305 dan Muslim IV/1941 )
Mereka meyakini bahwa tidak ada seorang pun di antara mereka yang telah berbai'at di bawah "pohon" (dalam Bai'atur Ridwan 'pent ) yang akan masuk naar. Karena Nabi bersabda :
"Tidak akan masuk naar seorangpun yang telah berbai'atdi bawah pohon.'".
( Muslim IV/1942.)
( Muslim IV/1942.)
Mereka yang berbai'at itu berjumlah seribu empat ratus orang. Ahlus Sunnah wal Jama'ah juga meyakini, akan masuk jannah orang-orang yang dikabarkan oleh Rasul akan memasukinya, seperti : Tsabit bin Qais bin Syamas. Rasulullah telah bersaksi bahwa ia masuk jannah.
( Muslim 1/110. ).
Demikian halnya sepuluh shahabat yang dikabarkan Rasulullah akan masuk jannah. Mereka adalah : Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Az-Zubair, Thalhah, Sa'ad bin Malik bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Al-Jarah, serta Sa'id bin Zaid '.
( Abu Dawud, '"Aunul ma'bud"XX\/4m dan At-Tirmidzi V/647 ).
( Abu Dawud, '"Aunul ma'bud"XX\/4m dan At-Tirmidzi V/647 ).
Mereka mengakui bahwa sebaik-baik umat ini setelah Nabi mereka adalah : Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali Radhiyallahu anhum.
( Al-Bukhari, "Fathul Bari", VII/53.).
Mereka berlepas diri dari paham Rafidhah - di muka telah dijelaskanpemahaman mereka- dan Nawashib yang mengkafirkan dan mencela Ahlul Bait, serta menampakkan permusuhan terhadap Ahlul Bait.
( Al-Bukhari, "Fathul Bari", VII/53.).
Mereka berlepas diri dari paham Rafidhah - di muka telah dijelaskanpemahaman mereka- dan Nawashib yang mengkafirkan dan mencela Ahlul Bait, serta menampakkan permusuhan terhadap Ahlul Bait.
Ahlus Sunnah menahan diri Dari perselisihan di antara mereka dan apa saja yang benar-benar terjadi pada sejarah mereka, karena mereka adalah para mujtahid yang benar, atau kalau tidak mereka adalah mujtahid yang keliru. Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwa tidak ada seorang pun yang ma'shum dari dosa besar kecuali para nabi 'alaihim ash-shalah was salam.
Para shahabat bisa saja melakukan dosa-dosa, akan tetapi mereka memiliki banyak keutamaan yang menghapuskan keburukan itu. Mereka adalah sebaik-baik generasi.
( Muslim IV/1964.).
Bisa jadi pula, shahabat yang pernah melakukan dosa itu telah bertaubat. Mereka juga orang yang paling berbahagia dengan syafa'at Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
( Muslim IV/1964.).
Bisa jadi pula, shahabat yang pernah melakukan dosa itu telah bertaubat. Mereka juga orang yang paling berbahagia dengan syafa'at Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
Ahlus Sunnah mencintai Ahlul Bait Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dikarenakan hal itu telah diwasiatkan oleh beliau.
( Muslim IV/1873 dan IV/1782. ).
Mereka berwala' kepada isteri-isteri Nabi dan memohonkan keridhaan untuk mereka. Mereka juga meyakini bahwa isteri-isteri beliau tersebut adalah isteri-isteri beliau di akhirat. Mereka adalah ibu bagi kaum mukminin (umahatul mukminin) dipandang dari segi penghormatan, pengagungan, dan pengharaman menikahi mereka. Mereka adalah wanita-wanitasuci yang bebas dari setiap keburukan. AhlusSunnah berlepas diri dari siapa saja yang menyakiti atau mencela mereka. Ahlus Sunnah mengharamkan untuk mencaci dan menuduh mereka. Banyaksekali hadits yang menjelaskan keutamaan mereka, kaji kembalilah hadits-hadits tersebut.
( Al-Bukhari, "Fathul Bari", VII/133 dan VII/106 dan Muslim IV/1886 dan IV/1895. ).
( Muslim IV/1873 dan IV/1782. ).
Mereka berwala' kepada isteri-isteri Nabi dan memohonkan keridhaan untuk mereka. Mereka juga meyakini bahwa isteri-isteri beliau tersebut adalah isteri-isteri beliau di akhirat. Mereka adalah ibu bagi kaum mukminin (umahatul mukminin) dipandang dari segi penghormatan, pengagungan, dan pengharaman menikahi mereka. Mereka adalah wanita-wanitasuci yang bebas dari setiap keburukan. AhlusSunnah berlepas diri dari siapa saja yang menyakiti atau mencela mereka. Ahlus Sunnah mengharamkan untuk mencaci dan menuduh mereka. Banyaksekali hadits yang menjelaskan keutamaan mereka, kaji kembalilah hadits-hadits tersebut.
( Al-Bukhari, "Fathul Bari", VII/133 dan VII/106 dan Muslim IV/1886 dan IV/1895. ).
Semoga Allah meridhai mereka beserta seluruh sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
[Disalin dari kitab Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah Li Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah, Penulis Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathaniy, Edisi Indonesia Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah, Penerjemah Hawin Murtadho, Penerbit At-Tibyan] dalam bentuk e-book
Tidak ada komentar:
Posting Komentar