Tauhid : Aqidah 13 : Syarah Al-'Aqidah Al-Wasithiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
( Studi Tentang Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah) [13]
oleh Abu Hashifah Rickywahyudi pada 27 Maret 2011 jam 14:34
SIFAT FI'LIYAH DAN SIFAT DZATTYAH BAGI ALLAH
Oleh
Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathani
Sifat-sifat Allah dibagi menjadi dua :
Yang Pertama : Sifat Dzatiyah : yaitu sifat yang tidak terpisahkan dari Allah Ta'ala. Maka, la sejak dahulu dan tetap menyandang sifat tersebut. Misalnya : Ilmu, Hidup, Kuasa, Mendengar, Melihat, Wajah, Telapak, Tangan, Mata, Kaki, Raja, Agung, Besar, Perkasa, Tinggi, Tari, Telapak Kaki, Kaya, Kasih Sayang, dan Berbicara.
Yang Kedua : Sifat Fi'liyah : yaitu sifat yang berkaitan dengan kehendak dan kekuasaan Allah. Misalnya : Bersemayan, Turun, Tiba, Tertawa, Ridha, Ta'ajub, Murka, Datang, Menghidupkan, Mematikan, Gembira, Marah, Benci, Cinta. Semua sifat ini disebut Qadim (ada sejak dahulu) dari segi jenisnya dan baru dari segi terjadinya satu persatu. Sifat-sifat tersebut, juga sifat-sifat Fi'liyah yang lain, berkaitan dengan kehendak Allah. Bila Dia berkehendak, Dia melakukannya sedangkan bila Dia tidak berkehendak, Dia tidak melakukannya.[12]
SIFAT FI'LIYAH SEKALIGUS DZATIYAH
Kadang-kadang suatu sifat bisa dikategorikan dalam sifat Fi'liyah sekaligus Dzatiyah. Misalnya sifat berbicara (kalam), asalnya merupakan sifat Dzatiyah, karena Dia sejak dahulu dan tetap berbicara. Tetapi bila dilihat dari terjadinya satu persatu, berbicara merupakan sifat Fi'liyah, karena berbicara itu berkaitan dengan kehendak-Nya. Dia berbicara kalau menghendaki. Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
"Sesungguhnya perintah-Nya, apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah mengatakan, Jadilah !', maka terjadilah ia."
Setiap sifat yang berkaitan dengan kehendak Allah Ta'ala, adalah mengikuti kebijaksanaan-Nya. Kadang-kadang hikmah tersebut kita mengerti, tetapi kadang-kadang kita tidak mampu mengetahuinya. Akan tetapi kita yakin dengan seyakin-yakinnya bah-wa Allah tidak menghendaki sesuatu apapun, kecuali hal itu sesuai dengan hikmah. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah :
ÙˆَÙ…َا تَØ´َاءُونَ Ø¥ِلا Ø£َÙ†ْ ÙŠَØ´َاءَ اللَّÙ‡ُØ¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ Ùƒَانَ عَÙ„ِيمًا ØَÙƒِيمًا
"Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."[13] [Al-Insaan : 30]
[Disalin dari kitab Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah Li Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah, Penulis Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathaniy, Edisi Indonesia Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah, Penerjemah Hawin Murtadho, Penerbit At-Tibyan]
_________
[12].Lihat “Mukhtashar Al-Ajwibah Al-Ushuliyah”, hal. 103
[13]. Ad-Dahr : 30 Lihat “Al-Qawa’id Al-Mutsla fi Shifatillah wa Asma’ihi Al-Husna”, hal.24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar