Tauhid : Aqidah 8 : Syarah Al-'Aqidah Al-Wasithiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
3)ayat 158 surat Al-An'aam dan
4) ayat 25 surat Al-furqan...
Al Maji' dan Al Ityan bukan masing-masing nama yang menetapkan satu sifat namun Al Maji' dan Al Ityan itu menetapkan satu sifat saja yakni" Datang"
Berkata syaikh Muhammad Al-Utsaimin dalam syarah aqidah wasithiyah-nya.
Jawab : Kita tidak mengetahui. Karena Allah menyampaikan kepada kita bahwa Dia akan datang dan TIDAk menyampaikan kepada kita BAGAIMANA Dia datang. Juga karena cara tidak diketahui, melainkan dengan penglihatan langsung, denag melihat bandingan-Nya, atau dengan berita yang benar tentang hal itu. Sedangkan semua itu tiada dalam sifat Allah. Karena jika Anda tidak tahu dzat, maka Anda tidak akan yahu sifat, Dengan kata lain, caranya. Maka, dzatnya ada dan sebenarnya kita mengetahuinya, mengetahui apa makna dzat, dan apa makna jiwa. Kita juga mengetahui apa makna kedatangan. Akan tetapi, cara dzat atau jiwa dan cara kedatangan tidak diketahui oleh kita.
Kita beriman bahwa Allah bahwa Dia Ta'ala akan benar-benar datang dengan cara yang sesuai dengan-Nya yang sama sekali tidak kita ketahui.( syarah aqidah wasithiyah .syaikh Muhammad Al-Utsaimin . Terjemahan. Darul Falah.)
( Studi Tentang Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah) [8]
oleh Abu Hashifah Rickywahyudi pada 08 Maret 2011 jam 16:34
AYAT-AYAT DAN HADITS-HADITS TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH
Sifat : Al-Mahabbah . Al-Mawaddah dll
Oleh
Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathani
[13]. Sifat Al-Mahabbah (Cinta)
[14]. Al-Mawaddah (Cinta yang Murni)
وَأَحۡسِنُوٓاْۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٩٥)
"Artinya : Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." [Al-Baqarah : 195]
Cinta Allah itu merupakan sifat yang sesuai dengan keagunganNya, sebagaimana telah dijelaskan di muka. la merupakan sifat Fi'liyah, yang muncul disebabkan dilaksanakannya perintah Allah, yaitu ibadah kepada Allah dengan baik dan perbuatan baik kepada hamba-hamba-Nya. Demikian halnya sifat Mawaddah. Karena Allah berfirman :
وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ
"Artinya : Dan Dia Maha Pengampun dan Maha Pencinta dengan kecintaan yang murni." [Al-Buruj : 14]
Al-Wudd artinya kecintaan yang bersih dan murni.
[15]. Sifat Ar-Rahmah (Kasih Sayang)
[16]. Al-Maghfirah (Mengampuni)
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍۢ رَّحْمَةًۭ وَعِلْمًۭا
"Artinya : Wahai Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi sesuatu." [AL MU'MIN:7 : 7]
وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Artinya : Dan Dia Yang memberikan ampunan dan sayang." [Yunus : 107]
Pada ayat pertama, Allah menetapkan sifat rahmah bagi diriNya, sedangkan pada ayat kedua, Allah Subhanallahu wa Ta'ala menetapkan sifat Maghfirah. Kita menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi diriNya, dengan artian yang layak bagi-Nya
[17]. Sifat Ar-Ridha
[18]. Al-Ghadhab (Marah)
[19]. As-Sukht (Murka)
[20]. Al-La'n (Melaknat)
[2l]. Al-Karahiyah (Benci)
[22]. Al-Asaf (Marah)
[23]. Al-Maqt (Murka)
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
"Artinya : Allah meridhai mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya." [Al-Bayyinah : 8]
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ
"Artinya : Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin secara sengaja, maka balasannya adalah Jahannam, ia kekal di dalamnya, sedangkan Allah marah dan melaknatnya." [An-Nisa' : 93]
ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ
"Artinya : Itu dikarenakan mereka mengikuti apa yang menjadikan Allah murka dan mereka membenci keridhaan-Nya." [Muhammad : 28]
فَلَمَّآ ءَاسَفُونَا ٱنتَقَمۡنَا مِنۡهُمۡ
"Artinya : Maka ketika mereka telah menyebabkan Kami marah, maka Kami menghukum mereka." [Az-Zukhruf : 55]
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوامَا لا تَفْعَلُونَ
"Artinya : Amat besarlah kemurkaan di sisi Allah, jika kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." [Ash-Shaf : 3]
وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ
"Artinya : Tetapi Allah membenci keberangkatan mereka." [At-Taubah : 46]
Dalam ayat-ayat ini, Allah menetapkan bagi diri-Nya sifat Al-Ghadhab, marah, As-Sukht, murka, Ar- Ridha, Al-La'n (melaknat), Al-Karahiyah (benci), Al- Asaf (marah), serta Al-Maqt (murka). Ini semua merupakan sifat-sifat Af'al (perbuatan) yang dilakukan oleh Allah 'Azza wa Jalla, bila Dia menghendaki. Selain menetapkan sifat-sifat Dzatiyah bagi Allah, Ahlus Sunnah wal Jama'ah juga menetapkan sifat-sifat Fi'liyah-Nya yang bersifat ikhtiyari, dengan makna yang laik dengan keagungan-Nya7
[24]. Al-Maji' (Tiba)
[25]. Al-Ityan (Datang)
هَلۡ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأۡتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍ۬ مِّنَ ٱلۡغَمَامِ وَٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ وَقُضِىَ ٱلۡأَمۡرُۚ (٢١٠)
"Artinya : Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan kedatangan Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya." [Al-Baqarah : 210]
.كَلا إِذَا دُكَّتِ الأرْضُ دَكًّا دَكًّا
.وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
"Artinya : ]angan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut. Dan tibalah Rabbmu sedangkan malaikat berbaris-baris." [Al-Fajr : 21-22]
Ayat-ayat yang disebutkan oleh penulis ini, juga ayat-ayat yang lain, memuat penetapan sifat Al-Maji' (tiba') dan Al-ltyan (datang), demikian pula sifat An-Nuzul (turun), sesuai dengan makna yang laik dengan keagungan Allah Ta'ala. Perbuatan-perbuatan ikhtiari ini dilakukan berkaitan dengan Al-Masyi'ah (kehendak) dan Al-Qudrah (kemampuan) Allah.
[26]. Sifat Al-Wajhu (Wajah)
[27]. Al-Yadain (Dua Tangan)
[28]. Al-'Ainain (Dua Mata)
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِوَالإكْرَامِ
"Artinya : Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." [Ar-Rahman : 27]
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا
"Artinya : Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabbmu, sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Mata Kami" [Ath-Thur : 48]
مَا مَنَعَكَ أَن تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِيَدَىَّ
"Artinya : Apakah yang mcnghalangi kamu sujud kepada (Adam) yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku." [Shad : 75]
Dalam ayat-ayat ini terkandung penetapan wajah, dua tangan, dan dua mata bagi Allah Ta'ala, dengan sifat yang sesuai dengan kebesaran-Nya. Adapun hadits yang menunjukkan sifat dua mata ini, adalah sabda Nabi Sallallahu 'alaihi wassalam :
"Artinya : Sesungguhnya Rabbmu tidak buta sebelah matanya." [1]
[Disalin dari kitab Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah Li Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah, Penulis Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathaniy, Edisi Indonesia Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah, Penerjemah Hawin Murtadho, Penerbit At-Tibyan]
_________
Foote Note.
[1]. Fathul Bari XII/91 dan Muslim IV/2248
www.almanhaj.or.id
Sebenarnya dalam kitab ini Syaikhul Islam rahimahullah menyebutkan empat ayat, untuk menetapkan sifat Al Maji' dan Al Ityan 'Datang'.
1).Al-Baqarah : 210,
2).Al-Fajr : 21-22
2).Al-Fajr : 21-22
[ dua ayat sudah disebut di note syarah Syarah Al-'Aqidah Al-Wasithiyah , yang diringkas oleh Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathani ( note kita ini. lihat mukaddimah) ], sedang ayat lainnya yakni
3)ayat 158 surat Al-An'aam dan
4) ayat 25 surat Al-furqan...
Al Maji' dan Al Ityan bukan masing-masing nama yang menetapkan satu sifat namun Al Maji' dan Al Ityan itu menetapkan satu sifat saja yakni" Datang"
Berkata syaikh Muhammad Al-Utsaimin dalam syarah aqidah wasithiyah-nya.
" Ahlussunnah wal jama'ah menetapkan bahwa Allah datang dengan sendiri-Nya. Karena Allah menyebutkan sendiri hal itu. Dia Ta'ala Mahatahu dengan Dzat-Nya sendiri dan selain-Nya, dan Dzat yang paling benar ucapan-Nya daripada lain-Nya, paling bagus pembicaraan-Nya daripada selain-Nya. Maka firman Allah menghimpun semua ilmu yang sempurna, kejujuran, kejelasan, dan kehendak.
Allah Azza wa jalla hendak menjelaskan kepada kita bahwa suatu kebenaran bahwa Dia Maha Mengetahui, jujur, dan bagus pembicaraan-Nya.
Akan tetapi, tinggal satu pertanyaan : Apakah kita mengetahui bagaimana cara kedatangan itu?
Apakah kita mengetahui bagaimana cara kedatangan itu?Allah Azza wa jalla hendak menjelaskan kepada kita bahwa suatu kebenaran bahwa Dia Maha Mengetahui, jujur, dan bagus pembicaraan-Nya.
Akan tetapi, tinggal satu pertanyaan : Apakah kita mengetahui bagaimana cara kedatangan itu?
Jawab : Kita tidak mengetahui. Karena Allah menyampaikan kepada kita bahwa Dia akan datang dan TIDAk menyampaikan kepada kita BAGAIMANA Dia datang. Juga karena cara tidak diketahui, melainkan dengan penglihatan langsung, denag melihat bandingan-Nya, atau dengan berita yang benar tentang hal itu. Sedangkan semua itu tiada dalam sifat Allah. Karena jika Anda tidak tahu dzat, maka Anda tidak akan yahu sifat, Dengan kata lain, caranya. Maka, dzatnya ada dan sebenarnya kita mengetahuinya, mengetahui apa makna dzat, dan apa makna jiwa. Kita juga mengetahui apa makna kedatangan. Akan tetapi, cara dzat atau jiwa dan cara kedatangan tidak diketahui oleh kita.
Kita beriman bahwa Allah bahwa Dia Ta'ala akan benar-benar datang dengan cara yang sesuai dengan-Nya yang sama sekali tidak kita ketahui.( syarah aqidah wasithiyah .syaikh Muhammad Al-Utsaimin . Terjemahan. Darul Falah.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar