Shalat 4 Ruku'
RUKU'
Setelah menyelesaikannya (surat-surat tersebut) maka angkatlah kedua tangan (sejajar dengan bahu atau telinga) dan bacalah takbir, kemudian ruku'.
Tata cara ruku':
- membungkukkan badan (yang merupakan arti ruku' itu sendiri)
- memanjangkan dan membentangkan/meluruskan punggung
Råsulullåh shållallåhu 'alaihi wa sallam bersabda,
ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَرْكَعُ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ
Setelah itu mengucapkan Allahu Akbar, kemudian ruku' sampai tenang semua persendiannya
(Shahiih, HR. Abu Dawud; lihat shahiih abi dawud karya syaikh al-Albaaniy)
وَإِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَامْدُدْ ظَهْرَكَ
apabila kamu ruku', maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu dan hamparkanlah punggungmu."
(Hasan, HR. Abu Dawud ihat shahiih abi dawud karya syaikh al-Albaaniy)
Disebutkan pula bahwa: “Beliau bila ruku’, meluruskan dan membentangkan punggungnya sehingga bila air dituangkan di atas punggung beliau, air tersebut tidak akan bergerak.”
(Hadits di keluarkan oleh Al Imam Thabrani, ‘Abdullah bin Ahmad dan ibnu Majah)
لَا تُجْزِئُ صَلَاةُ الرَّجُلِ حَتَّى يُقِيمَ ظَهْرَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
“Sholat seseorang sempurna sebelum dia melakukan ruku’ dan sujud dengan meluruskan punggungnya.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu ‘Awwanah, Abu Dawud dan Sahmi dishahihkan oleh Ad-Daraquthni dan al albaaniy)
- meletakkan kedua tangan di atas kedua lutut
Sebagaimana dalam hadits,
Råsulullåh shållallåhu 'alaihi wa sallam bersabda,
وَإِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَامْدُدْ ظَهْرَكَ
apabila kamu ruku', maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu dan luruskanlah punggungmu."
(Hasan, HR. Abu Dawud ihat shahiih abi dawud karya syaikh al-Albaaniy)
- menekan tangan pada kedua lututnya
Råsulullåh shållallåhu 'alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا رَكَعْتَ فَاجْعَلْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَامْدُدْ ظَهْرَكَ وَمَكِّنْ لِرُكُوعِكَ فَإِذَا
“(yang artinya:) Jika kamu ruku’ maka letakkan kedua tanganmu pada kedua lututmu dan bentangkanlah (luruskan) punggungmu serta tekankan tangan untuk ruku’.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan Abu Dawud)
- merenggangkan jari-jemari seakan-akan menggenggam lutut dengan erat
Sebagaimana dalam hadits,
“Beliau merenggangkan jari-jarinya.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Hakim dan dia menshahihkannya, Adz Dzahabi dan At Thayalisi menyetujuinya)
dan juga hadits,
"beliau memantapkan kedua tangannya diatas kedua lututnya seakan-akan beliau menggenggam keduanya" (diriwayatkan oleh Bukhariy dan Abu Dawud, dan selainnya)
- Merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya
berdasarkan hadits
"beliau merenggangkan jari-jarinya"
(diriwayatkan imam hakim, dan beliau menshahiihkannya dan disepakati oleh adz dzahabiy; hadits ini juga dikeluarkan oleh abu dawud, lihat shahiih abi dawud syaikh al-albaaniy)
- tidak menundukkan kepala, tidak pula mengangkatnya, akan tetapi mensejajarkannya dengan punggung hingga terlihat lurus jika dilihat dari samping.
“Beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak pula menundukkannya.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Bukhari)
- mata memandang pada tempat sujud.
(Telah disebutkan diawal)
- Thumaninah/Bersikap Tenang
Beliau pernah melihat orang yang ruku’ dengan tidak sempurna dan sujud seperti burung mematuk, lalu berkata:
لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
‘Seandainya orang ini mati dengan keadaannya yang ini niscaya dia mati bukan di atas ajaran Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam-’
Kemudian Rasulullah bersabda,
مَثَلُ الَّذِي لا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَيَنْقُرُ فِي سُجُودِهِ مَثَلُ الْجَائِعِ يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَيْنِ لا يُغْنِيَانِ عَنْهُ شَيْئًا
‘Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan ruku ‘nya dan mematok (sangat cepat) dalam sujudnya adalah seperti orang lapar yang makan satu atau dua biji kurma, yang sama sekali tidak mengenyangkannya’.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Ya’la, Al Ajiri, Al Baihaqi, Adh Dhiya’ dan Ibnu Asakir dengan sanad shahih, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh al-Albaaniy dalam taghiib wat tarhiib)
- Setelah merasa tu'maninah, barulah membaca:
سبحان ربي العظيم
Subhana robbiyal 'azim
“Maha suci Tuhanku yang maha Agung.”
atau
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
subhana robbiyal 'azhim wabihamdih
“Mahasuci Tuhanku lagi Maha Agung dan segala puji bagiNya”
atau
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ والرُّوْحِ
sub-buu-hun qud-duu-sun robbunal malaa-ikati war-ruuh
“Mahasuci lagi Maha Kudus Tuhan semua malaikat dan ruh”.
atau
سُبْحَانَكَ اللَهُّمَّ وَبِحَمْدِكَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ
sub-hanakallahhumma wabihamdik, allahummagfirliy
“Mahasuci Engkau, Wahai Tuhan! Segala puji bagimu wahai Tuhan dan ampunilah aku!”.
- THU'MANINAH DALAM RUKU'
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:
ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
"Kemudian rukuklah sampai engkau merasa thuma’ninah dalam rukuk itu" [HR. Al-Bukhari no. 724 dan Muslim no. 397].
ثُمَّ يَرْكَعُ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ
Kemudian ruku' sampai tenang semua persendiannya
(Shahiih, HR. Abu Dawud; lihat shahiih abi dawud karya syaikh al-Albaaniy)
- Memperlama Ruku’
Sebagaimana dalam hadits,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan ruku’, berdiri setelah ruku’ dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir sama lamanya.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Muslim)
- TIDAK SAH SHALAT JIKA TIDAK THU'MANINAH DALAM RUKU'
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:
لَا تُجْزِئُ صَلَاةُ الرَّجُلِ حَتَّى يُقِيمَ ظَهْرَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
“Shalat seseorang tidak sah sehingga dia menegakkan punggungnya dalam ruku’ dan sujud.”
(Hasan Shahiih; Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan lafazh hadits ini adalah lafazhnya, at-Tirmidzi, an-Nasab, Ibnu Majah, Ibnu Khuzai- mah, dan Ibnu Hibban dalam Shahih mereka berdua.)
- ANCAMAN BAGI MEREKA YANG TIDAK THU'MANINAH DALAM RUKU'
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:
لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
‘Seandainya orang ini mati dengan keadaannya yang ini niscaya dia mati bukan di atas ajaran Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam-’
Kemudian Rasulullah bersabda,
مَثَلُ الَّذِي لا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَيَنْقُرُ فِي سُجُودِهِ مَثَلُ الْجَائِعِ يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَيْنِ لا يُغْنِيَانِ عَنْهُ شَيْئًا
‘Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan ruku ‘nya dan mematok (sangat cepat) dalam sujudnya adalah seperti orang lapar yang makan satu atau dua biji kurma, yang sama sekali tidak mengenyangkannya’.”
(Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, Abu Ya’la dengan sanad hasan dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya; dihasankan oleh syaikh al-albaaniy dalam at-targhiib wat tarhiib; HN. 528)
- Dilarang membaca ayat al-qur'an dalam ruku'
Rasulullah bersabda:
أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا
Ketahuilah bahwa aku DILARANG membaca Al-Qur’an ketika ruku’ dan sujud.
فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ
Saat ruku’, agungkanlah didalamnya Rabb ‘azza wa jalla.
وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ
Saat sujud, sungguh-sungguhlah dalam berdo’a, kemungkinan besar do’amu dikabulkan’,”
(HR Muslim [479])
juga atsar dari ‘Ali bin Abi Thalib radhuyallahu 'anhu, ia berkata,
“Rasulullah shallalalhu 'alaihi wa sallam MELARANGKU membaca Al-Qur’an saat ruku’ dan sujud.”
(HR Muslim [480])
Pelarangan ini membaca al qur-aan ini mutlak, apakah ayat al qur-aan dibaca dengan niat untuk mengagungkan Allah ataukah untuk membaca; maka selama yang dibacanya tersebut adalah ayat al qur-aan maka ini terlarang. wallahu a'lam.
Bersambung Insya Allah ke - >
KEMUDIAN BANGKIT DARI RUKU' - I'TIDAL
(baca i'tidal)

Abu Zuhriy
Rikiy Dzulkifliy
RUKU'
Setelah menyelesaikannya (surat-surat tersebut) maka angkatlah kedua tangan (sejajar dengan bahu atau telinga) dan bacalah takbir, kemudian ruku'.
Tata cara ruku':
- membungkukkan badan (yang merupakan arti ruku' itu sendiri)
- memanjangkan dan membentangkan/meluruskan punggung
Råsulullåh shållallåhu 'alaihi wa sallam bersabda,
ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَرْكَعُ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ
Setelah itu mengucapkan Allahu Akbar, kemudian ruku' sampai tenang semua persendiannya
(Shahiih, HR. Abu Dawud; lihat shahiih abi dawud karya syaikh al-Albaaniy)
وَإِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَامْدُدْ ظَهْرَكَ
apabila kamu ruku', maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu dan hamparkanlah punggungmu."
(Hasan, HR. Abu Dawud ihat shahiih abi dawud karya syaikh al-Albaaniy)
Disebutkan pula bahwa: “Beliau bila ruku’, meluruskan dan membentangkan punggungnya sehingga bila air dituangkan di atas punggung beliau, air tersebut tidak akan bergerak.”
(Hadits di keluarkan oleh Al Imam Thabrani, ‘Abdullah bin Ahmad dan ibnu Majah)
لَا تُجْزِئُ صَلَاةُ الرَّجُلِ حَتَّى يُقِيمَ ظَهْرَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
“Sholat seseorang sempurna sebelum dia melakukan ruku’ dan sujud dengan meluruskan punggungnya.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu ‘Awwanah, Abu Dawud dan Sahmi dishahihkan oleh Ad-Daraquthni dan al albaaniy)
- meletakkan kedua tangan di atas kedua lutut
Sebagaimana dalam hadits,
Råsulullåh shållallåhu 'alaihi wa sallam bersabda,
وَإِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَامْدُدْ ظَهْرَكَ
apabila kamu ruku', maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu dan luruskanlah punggungmu."
(Hasan, HR. Abu Dawud ihat shahiih abi dawud karya syaikh al-Albaaniy)
- menekan tangan pada kedua lututnya
Råsulullåh shållallåhu 'alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا رَكَعْتَ فَاجْعَلْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَامْدُدْ ظَهْرَكَ وَمَكِّنْ لِرُكُوعِكَ فَإِذَا
“(yang artinya:) Jika kamu ruku’ maka letakkan kedua tanganmu pada kedua lututmu dan bentangkanlah (luruskan) punggungmu serta tekankan tangan untuk ruku’.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan Abu Dawud)
- merenggangkan jari-jemari seakan-akan menggenggam lutut dengan erat
Sebagaimana dalam hadits,
“Beliau merenggangkan jari-jarinya.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Hakim dan dia menshahihkannya, Adz Dzahabi dan At Thayalisi menyetujuinya)
dan juga hadits,
"beliau memantapkan kedua tangannya diatas kedua lututnya seakan-akan beliau menggenggam keduanya" (diriwayatkan oleh Bukhariy dan Abu Dawud, dan selainnya)
- Merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya
berdasarkan hadits
"beliau merenggangkan jari-jarinya"
(diriwayatkan imam hakim, dan beliau menshahiihkannya dan disepakati oleh adz dzahabiy; hadits ini juga dikeluarkan oleh abu dawud, lihat shahiih abi dawud syaikh al-albaaniy)
- tidak menundukkan kepala, tidak pula mengangkatnya, akan tetapi mensejajarkannya dengan punggung hingga terlihat lurus jika dilihat dari samping.
“Beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak pula menundukkannya.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Bukhari)
- mata memandang pada tempat sujud.
(Telah disebutkan diawal)
- Thumaninah/Bersikap Tenang
Beliau pernah melihat orang yang ruku’ dengan tidak sempurna dan sujud seperti burung mematuk, lalu berkata:
لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
‘Seandainya orang ini mati dengan keadaannya yang ini niscaya dia mati bukan di atas ajaran Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam-’
Kemudian Rasulullah bersabda,
مَثَلُ الَّذِي لا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَيَنْقُرُ فِي سُجُودِهِ مَثَلُ الْجَائِعِ يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَيْنِ لا يُغْنِيَانِ عَنْهُ شَيْئًا
‘Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan ruku ‘nya dan mematok (sangat cepat) dalam sujudnya adalah seperti orang lapar yang makan satu atau dua biji kurma, yang sama sekali tidak mengenyangkannya’.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Ya’la, Al Ajiri, Al Baihaqi, Adh Dhiya’ dan Ibnu Asakir dengan sanad shahih, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh al-Albaaniy dalam taghiib wat tarhiib)
- Setelah merasa tu'maninah, barulah membaca:
سبحان ربي العظيم
Subhana robbiyal 'azim
“Maha suci Tuhanku yang maha Agung.”
atau
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
subhana robbiyal 'azhim wabihamdih
“Mahasuci Tuhanku lagi Maha Agung dan segala puji bagiNya”
atau
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ والرُّوْحِ
sub-buu-hun qud-duu-sun robbunal malaa-ikati war-ruuh
“Mahasuci lagi Maha Kudus Tuhan semua malaikat dan ruh”.
atau
سُبْحَانَكَ اللَهُّمَّ وَبِحَمْدِكَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ
sub-hanakallahhumma wabihamdik, allahummagfirliy
“Mahasuci Engkau, Wahai Tuhan! Segala puji bagimu wahai Tuhan dan ampunilah aku!”.
- THU'MANINAH DALAM RUKU'
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:
ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
"Kemudian rukuklah sampai engkau merasa thuma’ninah dalam rukuk itu" [HR. Al-Bukhari no. 724 dan Muslim no. 397].
ثُمَّ يَرْكَعُ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ
Kemudian ruku' sampai tenang semua persendiannya
(Shahiih, HR. Abu Dawud; lihat shahiih abi dawud karya syaikh al-Albaaniy)
- Memperlama Ruku’
Sebagaimana dalam hadits,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan ruku’, berdiri setelah ruku’ dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir sama lamanya.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Muslim)
- TIDAK SAH SHALAT JIKA TIDAK THU'MANINAH DALAM RUKU'
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:
لَا تُجْزِئُ صَلَاةُ الرَّجُلِ حَتَّى يُقِيمَ ظَهْرَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
“Shalat seseorang tidak sah sehingga dia menegakkan punggungnya dalam ruku’ dan sujud.”
(Hasan Shahiih; Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan lafazh hadits ini adalah lafazhnya, at-Tirmidzi, an-Nasab, Ibnu Majah, Ibnu Khuzai- mah, dan Ibnu Hibban dalam Shahih mereka berdua.)
- ANCAMAN BAGI MEREKA YANG TIDAK THU'MANINAH DALAM RUKU'
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:
لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
‘Seandainya orang ini mati dengan keadaannya yang ini niscaya dia mati bukan di atas ajaran Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam-’
Kemudian Rasulullah bersabda,
مَثَلُ الَّذِي لا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَيَنْقُرُ فِي سُجُودِهِ مَثَلُ الْجَائِعِ يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَيْنِ لا يُغْنِيَانِ عَنْهُ شَيْئًا
‘Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan ruku ‘nya dan mematok (sangat cepat) dalam sujudnya adalah seperti orang lapar yang makan satu atau dua biji kurma, yang sama sekali tidak mengenyangkannya’.”
(Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, Abu Ya’la dengan sanad hasan dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya; dihasankan oleh syaikh al-albaaniy dalam at-targhiib wat tarhiib; HN. 528)
- Dilarang membaca ayat al-qur'an dalam ruku'
Rasulullah bersabda:
أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا
Ketahuilah bahwa aku DILARANG membaca Al-Qur’an ketika ruku’ dan sujud.
فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ
Saat ruku’, agungkanlah didalamnya Rabb ‘azza wa jalla.
وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ
Saat sujud, sungguh-sungguhlah dalam berdo’a, kemungkinan besar do’amu dikabulkan’,”
(HR Muslim [479])
juga atsar dari ‘Ali bin Abi Thalib radhuyallahu 'anhu, ia berkata,
“Rasulullah shallalalhu 'alaihi wa sallam MELARANGKU membaca Al-Qur’an saat ruku’ dan sujud.”
(HR Muslim [480])
Pelarangan ini membaca al qur-aan ini mutlak, apakah ayat al qur-aan dibaca dengan niat untuk mengagungkan Allah ataukah untuk membaca; maka selama yang dibacanya tersebut adalah ayat al qur-aan maka ini terlarang. wallahu a'lam.
Bersambung Insya Allah ke - >
KEMUDIAN BANGKIT DARI RUKU' - I'TIDAL
(baca i'tidal)
—
Tidak ada komentar:
Posting Komentar