Seharusnya Kita Selalu Menangis

MENGAPA HARUS MENANGIS?
Seorang Mukmin yang mengetahui keagungan Allâh Ta’ala dan hak-Nya, setiap dia melihat dirinya banyak melalaikan kewajiban dan menerjang larangan, akan khawatir dosa-dosa itu akan menyebabkan siksa Allâh Ta’ala kepadanya.

(HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullâh)
Apalagi jika dia memperhatikan berbagai bencana dan musibah yang telah Allâh Ta’ala timpakan kepada orang-orang kafir di dunia ini, baik dahulu maupun sekarang. Hal itu membuatnya tidak merasa aman dari siksa Allâh Ta’ala.
(Qs ath-Thûr/52:25-28)

Hadits ini menunjukkan anjuran menangis karena takut terhadap siksa Allâh Ta’ala dan tidak memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa menunjukkan kelalaian dan kerasnya hati.
Hari Kiamat adalah hari pengadilan yang agung. Hari ketika setiap hamba akan mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatannya. Hari saat isi hati manusia akan dibongkar, segala rahasia akan ditampakkan di hadapan Allâh Yang Maha Mengetahui lagi Maha Perkasa. Maka kemana orang akan berlari? Alangkah bahagianya orang-orang yang akan mendapatkan naungan Allâh Ta’ala pada hari itu. Dan salah satu jalan keselamatan itu adalah menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala.
Setelah kita mengetahui hal ini, maka alangkah pantasnya kita mulai menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala.

SEHARUSNYA KITA SELALU MENANGIS
Pernahkah Anda menangis -dalam keadaan sendirian- karena
takut siksa Allâh Ta’ala? Ketahuilah, sesungguhnya hal itu merupakan jaminan
selamat dari neraka. Menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala akan mendorong
seorang hamba untuk selalu istiqâmah di jalan-Nya, sehingga
akan menjadi perisai dari api neraka. Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallambersabda:

“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis
karena takut kepada Allâh sampai air susu kembali ke dalam teteknya.
Dan debu di jalan Allâh tidak akan berkumpul dengan asap neraka Jahannam”.
karena takut kepada Allâh sampai air susu kembali ke dalam teteknya.
Dan debu di jalan Allâh tidak akan berkumpul dengan asap neraka Jahannam”.
[HR. at-Tirmidzi, no. 1633, 2311; an-Nasâ‘i 6/12; Ahmad 2/505; al-Hâkim
4/260; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 14/264. Syaikh Salîm al-Hilâli
hafizhahullâh mengatakan, “Shahîh lighairihi”. Lihat penjelasannya dalam kitab
Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhus Shâlihîn 1/517; no. 448)
MENGAPA HARUS MENANGIS?
Seorang Mukmin yang mengetahui keagungan Allâh Ta’ala dan hak-Nya, setiap dia melihat dirinya banyak melalaikan kewajiban dan menerjang larangan, akan khawatir dosa-dosa itu akan menyebabkan siksa Allâh Ta’ala kepadanya.
Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya.
Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”.
Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”.
(HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullâh)
Ibnu Abi Jamrah rahimahullâh berkata,
“Sebabnya adalah, karena hati seorang Mukmin itu diberi
cahaya. Apabila dia melihat pada dirinya ada sesuatu yang menyelisihi hatinya
yang diberi cahaya, maka hal itu menjadi berat baginya. Hikmah perumpamaan
dengan gunung yaitu apabila musibah yang menimpa manusia itu selain runtuhnya
gunung, maka masih ada kemungkinan mereka selamat dari musibah-musibah itu.
Lain halnya dengan gunung, jika gunung runtuh dan menimpa seseorang, umumnya
dia tidak akan selamat. Kesimpulannya bahwa rasa takut seorang Mukmin (kepada
siksa Allâh Ta’ala -pen) itu mendominasinya, karena kekuatan imannya
menyebabkan dia tidak merasa aman dari hukuman itu. Inilah keadaan seorang
Mukmin, dia selalu takut (kepada siksa Allâh-pen) dan bermurâqabah (mengawasi
Allâh). Dia menganggap kecil amal shalihnya dan khawatir terhadap amal buruknya
yang kecil”.
(Tuhfatul Ahwadzi, no. 2497)
(Tuhfatul Ahwadzi, no. 2497)
Apalagi jika dia memperhatikan berbagai bencana dan musibah yang telah Allâh Ta’ala timpakan kepada orang-orang kafir di dunia ini, baik dahulu maupun sekarang. Hal itu membuatnya tidak merasa aman dari siksa Allâh Ta’ala.
Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan begitulah adzab Rabbmu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim.
Sesungguhnya adzab-Nya sangat pedih lagi keras.
Sesungguhnya pada peristiwa itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat.
Hari Kiamat itu adalah suatu hari dimana manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)-Nya,
dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk).
Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu.
Saat hari itu tiba, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya;
maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang bahagia.
Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih)”.
(Qs Hûd/11:102-106)
Sesungguhnya adzab-Nya sangat pedih lagi keras.
Sesungguhnya pada peristiwa itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat.
Hari Kiamat itu adalah suatu hari dimana manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)-Nya,
dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk).
Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu.
Saat hari itu tiba, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya;
maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang bahagia.
Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih)”.
(Qs Hûd/11:102-106)
Ketika dia merenungkan berbagai kejadian yang mengerikan
pada hari Kiamat, berbagai kesusahan dan beban yang menanti manusia di akhirat,
semua itu pasti akan menggiringnya untuk takut kepada Allâh Ta’ala al-Khâliq.
Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:
“Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu.
Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
(Ingatlah), pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, semua wanita yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya, dan semua wanita yang hamil gugur kandungan.
Kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk.
Akan tetapi adzab Allâh itu sangat keras”.
(Qs al-Hajj/22:1-2)
Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
(Ingatlah), pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, semua wanita yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya, dan semua wanita yang hamil gugur kandungan.
Kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk.
Akan tetapi adzab Allâh itu sangat keras”.
(Qs al-Hajj/22:1-2)
Demikianlah sifat orang-orang yang beriman. Di dunia, mereka
takut terhadap siksa Rabb mereka, kemudian berusaha menjaga diri dari siksa-Nya
dengan takwa, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka,
Allâh Ta’ala memberikan balasan sesuai dengan jenis amal mereka. Dia memberikan
keamanan di hari Kiamat dengan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya.
Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan sebagian mereka (penghuni surga-pent) menghadap kepada sebagian yang lain; mereka saling bertanya.
Mereka mengatakan:
“Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga, kami merasa takut (akan diadzab)”.
Kemudian Allâh memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.
Sesungguhnya kami dahulu beribadah kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang”.
Mereka mengatakan:
“Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga, kami merasa takut (akan diadzab)”.
Kemudian Allâh memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.
Sesungguhnya kami dahulu beribadah kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang”.
(Qs ath-Thûr/52:25-28)
ILMU ADALAH SEBAB TANGISAN KARENA ALLÂH TA’ALA
Semakin bertambah ilmu agama seseorang, semakin tambah pula
takutnya terhadap keagungan Allâh Ta’ala.
Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak,
ada yang bermacam-macam warna (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allâh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama.
Sesungguhnya Allâh Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
(Qs Fâthir/35:28)
ada yang bermacam-macam warna (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allâh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama.
Sesungguhnya Allâh Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
(Qs Fâthir/35:28)
Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini.
Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis”.
Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis”.
Anas bin Mâlik radhiyallâhu’anhu –perawi
hadits ini- mengatakan,
“Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para
Sahabat selain hari itu.
Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan”.
(HR. Muslim, no. 2359)
Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan”.
(HR. Muslim, no. 2359)
Imam Nawawi rahimahullâh berkata,
“Makna hadits ini, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sama
sekali melebihi apa yang telah aku lihat di dalam surga pada hari ini. Aku juga
tidak pernah melihat keburukan melebihi apa yang telah aku lihat di dalam
neraka pada hari ini. Seandainya kamu melihat apa yang telah aku lihat dan
mengetahui apa yang telah aku ketahui, semua yang aku lihat hari ini dan
sebelumnya, sungguh kamu pasti sangat takut, menjadi sedikit tertawa dan banyak
menangis”.
(Syarh Muslim, no. 2359)
(Syarh Muslim, no. 2359)
Hadits ini menunjukkan anjuran menangis karena takut terhadap siksa Allâh Ta’ala dan tidak memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa menunjukkan kelalaian dan kerasnya hati.
Lihatlah para Sahabat Nabi radhiyallâhu’anhum,
begitu mudahnya mereka tersentuh oleh nasehat! Tidak sebagaimana kebanyakan
orang di zaman ini. Memang, mereka adalah orang-orang yang paling lembut
hatinya, paling banyak pemahaman agamanya, paling cepat menyambut ajaran agama.
Mereka adalah Salafus Shâlih yang mulia, maka selayaknya kita
meneladani mereka.
(Lihat Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhus Shâlihin 1/475; no. 41)
(Lihat Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhus Shâlihin 1/475; no. 41)
Seandainya kita mengetahui bahwa tetesan air mata karena
takut kepada Allâh Ta’ala merupakan tetesan yang paling dicintai oleh Allâh
Ta’ala, tentulah kita akan menangis karena-Nya atau berusaha menangis
sebisanya. Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan
keutamaan tetesan air mata ini dengan sabda Beliau:

“Tidak ada sesuatu yang yang lebih dicintai oleh Allâh daripada dua tetesan dan dua bekas.
Tetesan yang berupa air mata karena takut kepada Allâh dan tetesan darah yang ditumpahkan di jalan Allâh.
Adapun dua bekas, yaitu bekas di jalan Allâh dan bekas di dalam (melaksanakan) suatu kewajiban
dari kewajiban-kewajiban-Nya”.
Tetesan yang berupa air mata karena takut kepada Allâh dan tetesan darah yang ditumpahkan di jalan Allâh.
Adapun dua bekas, yaitu bekas di jalan Allâh dan bekas di dalam (melaksanakan) suatu kewajiban
dari kewajiban-kewajiban-Nya”.
Namun yang perlu kita perhatikan juga bahwa menangis
tersebut adalah benar-benar karena Allâh Ta’ala, bukan karena manusia, seperti
dilakukan di hadapan jama’ah atau bahkan dishooting TV dan disiarkan secara
nasional. Oleh karena itu Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam menjanjikan
kebaikan besar bagi seseorang yang menangis dalam keadaan sendirian. Beliau Shallallâhu
‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Tujuh (orang) yang akan diberi naungan oleh Allâh pada naungan-Nya di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. ……
(di antaranya): Seorang laki-laki yang menyebut Allâh
di tempat yang sepi sehingga kedua matanya meneteskan air mata”.
(HR. al-Bukhâri, no. 660; Muslim, no. 1031)
(di antaranya): Seorang laki-laki yang menyebut Allâh
di tempat yang sepi sehingga kedua matanya meneteskan air mata”.
(HR. al-Bukhâri, no. 660; Muslim, no. 1031)
Hari Kiamat adalah hari pengadilan yang agung. Hari ketika setiap hamba akan mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatannya. Hari saat isi hati manusia akan dibongkar, segala rahasia akan ditampakkan di hadapan Allâh Yang Maha Mengetahui lagi Maha Perkasa. Maka kemana orang akan berlari? Alangkah bahagianya orang-orang yang akan mendapatkan naungan Allâh Ta’ala pada hari itu. Dan salah satu jalan keselamatan itu adalah menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala.
Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn rahimahullâh berkata,
“Wahai saudaraku, jika engkau menyebut Allâh Ta’ala,
sebutlah Rabb-mu dengan hati yang kosong dari memikirkan yang lain. Jangan
pikirkan sesuatu pun selain-Nya. Jika engkau memikirkan sesuatu selain-Nya,
engkau tidak akan bisa menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala atau karena
rindu kepada-Nya. Karena, seseorang tidak mungkin menangis sedangkan hatinya
tersibukkan dengan sesuatu yang lain. Bagaimana engkau akan menangis karena
rindu kepada Allâh Ta’ala dan karena takut kepada-Nya jika hatimu tersibukkan dengan
selain-Nya?“.
Oleh karena itu, Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Seorang laki-laki yang menyebut Allâh di tempat yang
sepi”, yaitu hatinya kosong dari selain Allâh Ta’ala, badannya juga kosong (dari orang lain), dan tidak ada seorangpun di dekatnya yang menyebabkan tangisannya menjadi riyâ’ dan sum’ah.
Namun, dia melakukan dengan ikhlas dan konsentrasi”.
(Syarh Riyâdhus Shâlihîn 2/342, no. 449)
Namun, dia melakukan dengan ikhlas dan konsentrasi”.
(Syarh Riyâdhus Shâlihîn 2/342, no. 449)
Setelah kita mengetahui hal ini, maka alangkah pantasnya kita mulai menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala.
Wallâhul Musta’ân.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar