Setengah Isi Setengah Kosong
Redaksi diatas diambil dari sini :
Atin Harmiasih
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=3419891419388&set=a.1820492235408.2087936.1333255179&type=1&theater
.

oleh Sabilal
Rasyad pada 8 Agustus 2012 pukul 1:25 ·
SETENGAH ISI SETENGAH KOSONG
بسم الله الرحمن الرحيم
Bila memandang sebuah gelas yang setengahnya isi dan
setengahnya kosong :
Sebagian orang akan berkata, "Setengahnya kosong",
dan Sebagian lain berucap, "Setengahnya isi". Termasuk yang manakah
anda ???
Bila yang pertama, berarti hidup anda senantiasa susah dan
sengsara, karena anda selalu lupa dengan isi gelas itu.
Dan bila yang kedua, maka anda adalah orang yang optimis,
anda selalu lupa dengan yang kosong, dan tak lupa berucap, "Alhamdulillah,
masih ada isinya."
Sering kali angin bertiup tidak sesuai dengan keinginan
nelayan, maka menjadi seorang nelayan harus menerima kenyataan itu, dan
menjadikannya ladang untuk lebih banyak mendapatkan ikan dan buruan. Dunia itu
indah bila kita memandangnya dengan kaca mata keindahan, dan dunia itu kacau
dan berantakan bila kaca mata yang kita gunakan adalah yang hitam dan
kelam.
Tiada ciptaan Ilahi yang sia-sia, tiada keburukan dari
ciptaanNya melainkan ia mengandung keelokan yang banyak, dan tiada peristiwa
yang dalam pandangan sebagian manusia buruk, melainkan ia menyimpan banyak
hikmah indah.
Tatkala para Malaikat Allah ditegur
Di saat Allah Jalla Jalaluhu hendak menciptakan Manusia, dan
Ia mengungkapkan keinginanNya kepada para malaikat, dan berkata
[Al-Baqarah:
30] :
{ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً }
“‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi."
Mendengarkan keinginan Allah ini, para malaikat pesimis,
mereka memandang kepada sisi negatif manusia yang hendak diciptakan, manusia
bakal menjadi sumber malapetaka, maka mereka menanyakan hal itu kepada Allah,
sebagai ungkapan tidak setuju, karena takut dan khawatir, mereka berkata :
{قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ}
"Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu
dan mensucikan Nama-Mu?’
Maka Allah menenangkan para malaikatNya dengan berkata,
{قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ}
"Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.’”
Allah memandang dengan ilmuNya yang tiada bertepian, Dengan
hikmahNya yang tiada batas, Dengan kebaikanNya yang tiada terbilang.
Adapun malaikat mereka memandang dengan segala
keterbatasannya, dari sudut pandang yang sempit dan negatif, sehingga merekapun
pesimis dengan keberadaan manusia.
Oleh karena itu pada ayat selanjutnya Allah membuktikan
bahwa prasangka para Malaikat tidaklah benar. Di mana Allah mengajarkan kepada
Adam ilmu-ilmunya, bahkan para Malaikat bersujud untuk Adam, sebagai aplikasi
atas ketaatan mereka pada Rabb al Khaliq, yang dalam ciptaan Nya pasti
mengandung hikmah.
Maka belajarlah dari peristiwa ini.
Yang kita sukai belum tentu baik:
Allah mengetahui segala sesuatu, yang tersembunyi baginya
adalah nyata, Dia mengetahui apa yang telah terjadi, dan apapula yang belum terjadi.
Dan yakinlah Kebaikan Allah tak terlukiskan.
Kadang kita membenci sesuatu, namun ternyata sesuatu yang
kita benci itu memiliki banyak kebaikan yang tidak kita ketahui, Allah
mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui.
Oleh karena itu Allah mengajarkan kepada kita untuk
menggunakan kaca mata setengah isi, dalam menjalankan amaran Allah, lihatlah
firmanNya, tatkala mewajibkan Jihad, suatu kewajiban yang memiliki resiko nyawa
dan harta melayang, anak dan keluarga ditinggalkan, suatu tugas yang penuh dengan
tantangan dan pengorbanan, Allah berfirman :
{كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن
تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ
شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ}
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(Al-Baqarah:
216)
Amaran Allah untuk hidup penuh Optimisme
Allah telah merangkumkan semua pembahasan tentang
"SETENGAH ISI, SETENGAH KOSONG" dalam potongan ayat 19 dari
surat an Nisa' :
{فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا
كَثِيرًا}
"Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(An-Nisa’: 19)
Peristiwa apapun yang kita lalui dalam mengarungi kehidupan
ini dan kita membecinya, bisa jadi ada kebaikan yang banyak di dalamnya.
Tatalah hati, agar dapat melihat yang kita benci itu menjadi
lebih baik dan lebih indah, insyaAllah ada hikmahnya dan itu pasti!!!
Belajar dari wanita hitam :
Atha bin Abi Rabah berkata, Ibnu Abbas pernah berkata
padaku,
((أَلَا أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ؟))
“Maukah aku tunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni
surga?” Aku menjawab,“tentu, iya”, maka beliau berkata,
((هَذِهِ السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ وَأَتَكَشَّفُ،
فَادْعُ اللَّهَ لِي، قَالَ: «إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ، وَلَكِ الْجَنَّةُ، وَإِنْ
شِئْتِ، دَعَوْتُ اللَّهَ لَكِ أَنْ يُعَافِيَكِ» ، قَالَتْ: لَا، بَلْ أَصْبِرُ،
فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ ! قَالَ: «فَدَعَا لَهَا»
“Wanita hitam inilah, ia pernah mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan
(epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku
agar Allah Menyembuhkannya.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika
kamu mau, kamu bersabar dan niscaya bagimu surga, atau kalau kamu mau, aku akan
mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’
Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’(Yakni
pilih surga, pent) Lalu ia melanjutkan perkataannya,‘(Wahai Rasulullah
) Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku
tidak tersingkap.’
Maka Nabi pun mendoakannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Wanita ini tidak memandang kepada penyakitnya, yang akan
terus dideritanya sampai akhir hayatnya, namun ia memandang kepada sebuah
kehidupan yang abadi, yang tiada duka dan luka, semuanya indah, namun untuk
menggapainya mungkin amalannya tak cukup, tapi Nabi shallallahu 'alahi wa
sallam menjanjikan baginya, dengan syarat bersabar atas penyakit ayan tersebut
dan kelak surga menanti dia.
Dia menjual yang fana dengan yang abadi.
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
((يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُودَهُمْ
قُرِضَتْ بِالْمَقَارِيضِ مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ.))
”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya
dipotong-potong dengan gunting ketika di dunia, karena mereka melihat betapa
besarnya pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di dunia.”
(HR. Baihaqi: 6791, lihat ash-Shohihah: 2206.)
Jangan gelap memandang penyakit
Sakit memang tidak menyenangkan, namun ia akan menjadi indah
bila kita memandangnya dari sisi yang lain, Rasulullah shallallahu 'alahi wa
sallam memberikan suatu pelajaran penting bagi ummatnya.
Pada suatu ketika beliau shallallahu 'alahi wa sallam berkunjung
ke rumah Ummu Saib kemudian berkata :
((مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ
تُزَفْزِفِينَ. قَالَتْ: الْحُمَّى لاَ بَارَكَ اللَّهُ فِيهَا. فَقَالَ: لاَ
تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ
خَبَثَ الْحَدِيدِ.))
“”Ada apa denganmu wahai Ummu Saib kenapa engkau
menggigil?” Ia menjawab, “Demam (ya Rosululloh), semoga Alloh tidak
memberkahinya,” maka Rosululloh berkata, “Janganlah engkau menghina demam,
karena sesungguhnya ia bisa menghapus dosa anak cucu Adam sebagaimana bara api
bisa menghilangkan karatan besi.””
(HR. Muslim: 6735)
Subhanallah, Nabi shallallahu 'alahi wa sallam memandang
kepada positif dari deman itu.
Dan tatkala Nabi shallallahu 'alahi wa sallam membesuk Ummu
'Ala yang sedang sakit, maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membesarkan
hati Ummu ‘Alâ, bibi Hizâm bin Hakîm al-Anshâri, dengan berkata :
" أبشري يا أم العلاء، فإن مرض المسلم يذهب الله به خطاياه كما تذهب
النار خبث الذهب والفضة ".
“Bergembiralah, wahai Ummu ‘Alâ. Sesungguhnya Allah
akan menggugurkan dosa-dosa orang yang sakit dengan penyakitnya, sebagaimana
api menghilangkan kotoran-kotoran dari biji besi”.
[Hadits hasan riwayat Abu
Dawud, Shahîh at-Targhîb, 3438].
Penyakit adalah sesuatu yang indah kalau kita pandai
mensikapinya, tapi kalau tidak, maka ia adalah sesuatu yang menyeramkan dan
menakutkan, renungkanlah kisah di bawah ini:
Ada yang memandang penyakit dengan pesimis
Ibnu Abbas radhiyallahu 'Anhu meriwayatkan bahwa Nabi
shallallahu 'alahi wa sallam membesuk seorang badui yang sedang sakit, dan
biasanya kalau beliau menjenguk orang sakit beliau berkata,
((لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ))
"Tidak masalah, ia (penyakit ini) menjadi pembersih
(dosa) insya Allah".
Maka Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda,
((لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ))
Namun lelaki itu menanggapinya dengan sinis, ia berkata:
"Sekali kali tidak benar (yang kamu ucapkan), melainkan penyakit ini
adalah panas yang mendidih, yang menimpa orang yang telah tua dan
mengantarkannya ke pekuburan".
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Iya,
moga demikian (kalau itu yang kau inginkan)
(HR Bukhari)
Dalam riwayat lain (yang perlu dikaji), nabi shallallahu
'alaihi wa sallam mengulangi perkataannya sampai tiga kali, namun orang itu
bersikeras dengan keinginannya, maka nabi pun mengiyakannya, dan disebutkan
bahwa di sore harinya orang tua itu telah diantar ke pekuburan.
Jadilah seperti wanita hitam di atas, atau orang tua yang hidupnya
kelam dan sengsara.
Terimalah, walaupun harus merubah nama pemberian ayahmu !
Dalam menjalani hidup, kita membutuhkan nasehat dari orang
yang alim, maka terimalah dan laksanakan nasehat yang bijak dan benar, walaupun
harus merubah sebuah nama pemberian orang tua.
Jangan berkata apa arti sebuah nama, karena Nabi Shallallahu
'alahi wa sallam cinta pada nama-nama yang indah, dan kelak orang-orang di hari
Kemudian akan dipanggil dengan nama-namanya dan nama-nama bapaknya.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Sa’id bin Musayyab bin Hazn,
dari ayahnya, bahwa ayahnya dia (kakek Said), telah datang kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau bertanya kepadanya :
مَا اسْمُكَ؟ قَالَ: حَزْنٌ. قَالَ: أَنْتَ سَهْلٌ. قَالَ: لاَ
أُغَيِّرُ إِسْمًا سَمَّانِيْهِ أَبِيْ. قَالَ ابْنُ الْمُسَيَّبِ: فَمَا زَالَتِ
الْحُزُوْنَةُ فِيْنَا بَعْدُ.
"Bahwa bapaknya datang kepada Nabi Shallallahu
'alaihi wasallamMaka beliau bertanya, 'Siapa namamu?' Dia menjawab, 'Hazn,'
Beliau bersabda, 'Engkau (aku beri nama) Sahl,' Dia menjawab, 'Saya tidak
mengganti nama yang diberikan oleh ayahku'." Ibnul Musayyab berkata,
"Maka sifat keras kepala senantiasa ada pada kami."
Dalam rumah tangga
Jangan terlalu membenci istrimu
Tak ada gading yang tak retak, engkau bukan malaikat dan
istrimu bukan bidadari, bila ada yang kurang dari istrimu maklumillah, bukankah
masih banyak kebaikannya yang dapat menutupi kekurangannya, dan dirimu memiliki
kewajiban untuk membenahinya dengan sabar, telaten dan balutlah nasehatmu
dengan cintah dan kasih sayang.
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِىَ
مِنْهَا آخَرَ))
“Janganlah seorang mukmin(suami) membenci seorang
mukminah(yang menjadi istrinya). Jika si pria membenci suatu akhlak pada si wanita,
maka hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridhoi”
(HR. Muslim no. 1469).
Dan Allah memerintahkan kepada kita untuk mengauli para
istri dengan cara yang ma'ruf (patut), Allah berfirman :
{وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ
كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ
خَيْرًا كَثِيرًا}
"Dan pergaulilah mereka dengan cara yang patut.
Kemudian bila membenci mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(QS.
An Nisa [4]: 19)
Mungkin anda memiliki cara indah dalam menasehati istri…
berbagilah!
Jangan mendustakan kebaikan suamimu :
Dengan segala niat baik, suami berusaha untuk menyenangkan
istrinya, namun dalam mengemudi bahtera kehidupan kadang sang nahkoda berbuat
kesalahan(wajar ia manusia), tapi jangan lupa, iapun telah banyak berbuat baik,
apa tidak pantas kesalahannya itu dihapuskan oleh kebaikannya yang banyak, atau
malah sebaliknya, sehari kemarau melupakan hujan sepanjang tahun.
Kalau anda termasuk yang terakhir, maka ketahuilah bahwa itu
salah satu sebab kenapa banyak wanita yang menjadi penghuni api neraka.
Apa kamu mau menjadi penghuni api neraka?? Rasululloh
shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
{أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ»
قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: ” يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ
الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ
شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ}
“Neraka diperlihatkan kepadaku, ternyata mayoritas
penghuninya adalah kaum wanita karena mereka berbuat kufur”, beliau ditanya:
“apakah karena mereka kufur kepada Alloh?”, beliau menjawab: “Mereka mengkufuri
suami dan mengingkari kebaikannya, seandainya engkau berbuat baik pada salah
seorang dari mereka sepanjang masa kemudian ia melihat sesuatu yang tidak ia
sukai darimu, ia akan mengatakan: “Aku sama sekali tidak pernah melihat satu
kebaikanpun darimu.”
[HR. al-Bukhori no. 29]
Kau tidak pernah membahagiakanku!!! Titik.
Suamimu adalah manusia biasa, yang punya kekurangan yang
harus kau maafkan dan keistimewaan yang tidak boleh kau abaikan, dengannya
bahtera itu akan terus berlabuh sampai ke pantai kebahagiaan kau inginkan.
Belajar dari istri Nabi Isma'il agar hidupmu lebih
bermakna
Pada suatu saat, Nabi Ibrahim datang ingin menjenguk Nabi
Ismail ‘alaihimassalam. Namun, beliau hanya berjumpa dengan istri Nabi Ismail
saja. Nabi Ibrahim bertanya kepada wanita tersebut tentang kepergian suaminya.
Istrinya menjawab, “Dia sedang mencari nafkah untuk kami.”
Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang keadaan mereka. “Kami
dalam kondisi yang buruk dan hidup dalam kesempitan dan kemiskinan.” Jawab sang
Istri.
Mendengar jawaban tersebut, sebelum pulang Nabi Ibrahim
berpesan kepada wanita itu untuk menyampaikan salam kepada Nabi Ismail dan
berpesan agar Nabi Ismail mengganti pegangan pintunya.
Ketika Nabi Ismail pulang, beliau bertanya kepada istrinya,
“Adakah tadi orang yang bertamu?”
Istrinya menjawab, “Ada, seorang tua yang yang sifatnya
seperti ini dan seperti itu, dan istrinya pun menceritakan peristiwa tadi dan
menyampaikan pesan Nabi Ibrahim kepada suaminya.
Mendengar hal tersebut, Nabi Ismail pun berkata kepada
istrinya, “Itu tadi adalah bapakku. Ia menyuruhku untuk menceraikanmu, maka
kembalilah engkau kepada orang tuamu.”
Nabi Ismail pun menceraikan istrinya, sesuai dengan pesan
Nabi Ibrahim dan kemudian menikah lagi dengan seorang wanita dari Bani Jurhum
juga. Setelah beberapa waktu berlalu, Nabi Ibrahim kemudian kembali mengunjungi
Nabi Ismail. Namun, Nabi Ismail tidak ada di rumah. Nabi Ibrahim pun menemui
istri Nabi Ismail yang baru.
Beliau bertanya dimana Nabi Ismail sekarang. Istrinya
menjawab bahwa Nabi Ismail sedang mencari nafkah.
Nabi Ibrahim juga bertanya tentang keadaan mereka. Wanita
itu menjawab bahwa keadaan mereka baik-baik saja dan berkecukupan, sambil
kemudian memuji Allah azza wa jalla.
Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang makanan serta minuman
mereka. Wanita itu menjawab bahwa makanan mereka adalah daging, adapun minuman
mereka adalah air. Maka Nabi Ibrahim mendoakan kedua hal ini, “Ya Allah
berkatilah mereka pada daging dan air.”
Setelah itu, Nabi Ibrahim pun pergi dari rumah Nabi Ismail.
Namun, sebelumnya beliau berpesan kepada wanita itu agar Nabi Ismail
mengkukuhkan pegangan pintunya.
Ketika Nabi Ismail pulang, beliau bertanya kepada istrinya,
“Adakah tadi orang yang bertamu?”
Istrinya menjawab, “Ada, seorang tua yang berpenampilan
bagus.” Dia memuji Nabi Ibrahim. “Ia bertanya kepadaku tentang dirimu, maka aku
jelaskan keadaanmu kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita, dan aku
jawab bahwa kehidupan kita baik-baik saja.”
Nabi Ismail kemudian bertanya, “Apakah dia memesankan
sesuatu kepadamu?”
Istrinya kembali menjawab, “Ya. Ia menyampaikan salam
kepadamu dan menyuruhku mengokohkan (bendol anak tangga) pintumu.”
Nabi Ismail berkata, “Itu adalah ayahku dan engkau adalah
pegangan pintu tersebut. Beliau menyuruhku untuk tetap menikahimu (menjagamu).”
Kedua wanita itu menjadi istri nabi Isam'il yang pertama
memandang dengan kaca mata kesusahan, maka hidupnya susah, yang kedua memandang
dengan kaca mata keindahan, diapun hidup senang dan bersyukur.
Yang pertama adalah pasangan yang membuat hidup berantakan,
sehingga lebih baik meninggalkannya.
Yang kedua adalah pasangan yang membuat hidup tertata,
dengan segala kekurangannya namun tetap segala puji bagi Allah.
Bila istrimu suka menyakitimu
Ada sebagian istri yang mungkin belum berbakti pada
suaminya, maka bagi yang memiliki istri seperti ini bersabarlah, sebagaimana
Nabi Isma'il telah bersabar dan hiburlah hatimu dengan mengingat bidadari yang
sedang menanti,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((لاَ تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ قَالَتْ
زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ : لاَ تُؤْذِيْهِ , قَاتَلَكِ اللهُ ,
فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكَ دَخِيْلٌ يُوْشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا))
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia
melainkan istrinya dari kalangan bidadari akan berkata, “Janganlah engkau
menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah orang asing
yang sedang singgah di sisimu; hampir saja ia akan meninggalkanmu menuju kepada
kami”.
(HR. Tirmidzi no. 1174 dan Ahmad 5: 242. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
Bila Suami Kawin Lagi
Jangan grusak-grusuk minta cerai.
Jangan berhenti menghirup udara segar yang diciptakan Allah.
jangan menjadikan pernikahannya yang kedua seakan kiamat
yang telah bangkit.
Ingatlah kiamat belum terjadi, gunung-gunung masih tegar
menjulang tinggi, walaupun sebagian ada yang meletus.
Bintang-bintang belum bertabrakan, Dajjal belum keluar.
Dan Mentari belum terbit dari arah barat.
Ingat kiamat belum dekat.
Jangan berfikiran yang macam-macam, tariklah nafas
dalam-dalam
Dan katakan:
((الله الله ربي لا أشرك به شيئا))
Tatalah hatimu dan pandanglah dengan kaca mata setengah isi.
Iya… katakan gelas itu setengah isi…karena ia memang ada
isinya, walaupun hanya setengah.
Bila gejolak di hati begitu membara, dan pikiran buruk
berkata:
suamiku sudah tidak cinta lagi padaku.
Suamiku tidak setia pada janji sucinya nya
Suamiku tak tahu diri, tak tahu balas budi.
Tidak lagi romantis, bunga-bunga taman cintaku kering dan
layu, daun-dauhnnya berguguran, seakan kemarau panjang telah menghampirinya.
Sehingga hal itu membuat anda melihat dunia ini bak medan
perang yang telah porak-poranda dihantam oleh meriam dan rudal, hancur lebur
tiada kebaikan lagi yang bisa dipungut.
Saat itu katakan Alhamdulillah, nikmat Allah banyak, dan
suamiku belum mati, bila dia mati aja niscaya tidak akan separah ini, dan
akupun akan menerima takdir ilahi bila ia harus pergi, dan suamuki sekarang
belum mati dan pernikahannyapun karena takdir ilahi dan catatan Rabbi.
Kemudian… Pikirkanlah bangunan yang telah dibangun berdua
selama ini
Rumah tangga yang telah dibina bersama-sama.
Suami anda sedang membangun rumah yang lain, tapi jangan
engkau menghancurkan rumah yang sudah ada, karena dirimu termasuk pilar
penting dan berharga yang telah susah payah membangunnya.
Sejak suami masih kere, sejak belum punya apa-apa, sampai ia
sukses memiliki harta benda yang meruah.
Apakah anda akan kabur berlari meninggalkan semua itu, dan
menyerahkan semuanya pada istri kedua, yang baru saja hadir dalam rumah baru
sang suami ???
Bila berfikir cintanya akan dibagi :
Merenunglah sejenak, bukankah sejak dahulu cinta suami telah
terbagi, perhatian suami telah bercabang, persentase terbesar adalah untuk
ibundanya yang telah melahirkannya, surga untuknya.
Kemudian Ayahandanya yang telah membesarkan dan berusaha
untuk dirinya
Adik-kakaknya yang terlahir dari satu rahim yang sama.
Anak-anaknya yang menjadi buah hati dan belahan jiwa
baginya.
Pekerjaannya, kantornya dan yang lain dan lainnya.
Dan selama ini anda enjoy saja, walau memang kadang perasaan
iri datang menghampiri.
Maka renungkanlah, kehadiran wanita lain dalam hidup suami,
yang dalam koridor dibolehkan oleh sang Pencipta, moga menjadi pernak-pernik
kehidupan yang membuatnya lebih indah.
Kalau dulu kejengkelan suami ditumpahkan kepada anda
sendiri, sekarang anda juga telah berbagi.
Kalau dahulu harus melayani suami sendiri walaupun sedang
lelah, sekarang ada yang membatu.
Kalau dulu ketika anda sakit anda harus tetap bekerja,
sekarang moga dengan hadirnya saudari seiman di rumahtanggaku dapat meringankan
tugas-tugas dan pekerjaanku.
Istri kedua suamiku itu adalah juga ciptaan Ilahi.
Ia juga saudariku, walaupun tidak dari satu rahim ummi
Tapi persaudaraanku dengannya terlahirkan sejak iman bersemi
Aku harus menata hati.
Kehadirannya tidak boleh mengusik apalagi merusak
ketaqwaanku.
Moga kesabaranku dan keridahaan berbuah kesejukan di dalam
dirii
Dan surga firdaus bersama sang Nabi.
Bila berfikir duitnya akan dibagi
Ingatlah bahwa sebelum menikah anda telah memiliki rizki
sendiri
Setelah menikah rizki anda lewat suami
Dan ketika menikah suami juga suka berbagi, dan hal itu
tidak mengurangi rizki anda
Dan Wanita lain juga punya rizki sendiri-sendiri.
Ingat kiamat belum terjadi …
Kalau piring harus berterbangan, lapangkan dadamu
Seorang yang memiliki istri lebih dari satu, harus memilik 5
jenset kesabaran dan ketabahan, bila tidak, maka cukuplah dengan satu istri,
lihatlah kesabaran nabi shallallahu 'alahi wa sallam menghadapi istri-istrinya.
Imam Bukhari Meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata:
“Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berada di tempat
sebagian istrinya. Lalu salah satu dari Ummul Mukminin mengirim piring yang
berisi makanan, maka istri Nabi yang sedang berada di rumahnya memukul tangan
pelayan itu, sehingga jatuhlah piring tersebut dan pecah. Kemudian Nabi
memunguti pecahan piring dan makanan, sambil mengatakan: ((غَارَتْ
أُمُّكُمْ)) “Ibu kalian cemburu.” Lalu beliau menahan pelayan
tersebut sampai beliau menggantinya dengan piring milik istri yang beliau
sedang di rumahnya. Lalu beliau memberikan piring yang utuh kepada istri yang
piringnya pecah, dan menahan piring yang sudah pecah di rumah istri yang telah
memecahkan piring tersebut.”"
Di depan tamu-tamunya, melakukan suatu perbuatan yang
mungkin dianggap sangat memalukan, tapi beliau dengan damai menanggapinya
seraya berkata, "Ibunda kalian lagi cemburu".
Tidak ada intimidasi, tiada ancaman, tiada marah, karena
itulah tabiat wanita yang harus diterima oleh seorang lelaki.
Bagi yang istrinya minta cerai
Ketahuliah bahwa orang tuanya telah menyerahkan dia
sepenuhnya kepadamu.
Tanpa ada paksaan, bahkan engkaulah yang melamar dan
memintanya, tanpa intimidasi.
Dan dirimu telah menerima semua beban yang diserahkan dengan
ucapanmu :
(قبلت نكاحها وتزويجها بالمهر المذكور)
"Aku terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang
disebutkan."
Hanya dengan sebuah ucapan ia menjadi milikmu.
Dan kau menerimanya, Menerima wanita itu dengan segala
kelebihan dan kekurangannya.
Padahal….
Kamu tidak pernah turut andil dalam melahirkannya ke dunia
ini.
Ibunya selama 9 bulan dengan penuh lemah di atas
kelemahannya mengandung istrimu itu.
Kamu tidak pernah turut campur dalam membesarkan dan
merawatnya.
Kamu juga tidak pernah merasakan suka duka dalam membesarkan
wanita yang sekarang menjadi istrimu.
Dan tatkala kau datang untuk meminangnya, moment itu adalah
suatu hal yang cukup berat bagi orang tua.
Anak yang dicintai dan dibesarkan akan dilepas dari dekapan
mereka,
Diserahkan kepadamu, yang entah merekapun tidak dapat
memastikan, bagaimana kelak hidupnya bersamamu.
Namun karena perintah ilahi dan amaran Rabbi, dengan segala
resiko yang harus diterima, kaupun dinikahkan.
Dengan satu harapan kau dapat menggantikan posisi keduanya,
merawat, menjaga, mencintai dan membuatnya bahagia.
Sekarang kenapa dia minta cerai???
Suatu pilihan yang tidak mudah bagi seorang wanita.
Maka Koreksilah dirimu…
Ingatlah kau juga manusia yang tak luput dari dosa
Bila dia berbuat salah, kaupun juga pernah.
Mungkin kau tidak lagi memperhatikannya
Mungkin kau sudah lupa dengan amanat yang Allah berikan
padamu
Mungkin ada kata-katamu yang menyakiti hatinya.
Ada tingkahmu yang menoreh luka.
Mungkin kau sudah tak dekat lagi kepada Sang pencipta.
Carilah jawaban-jawaban, untuk kenapa istrimu meminta cerai
Perbaiki dirimu, Mintalah maaf padanya,!
Berjanjilah kau akan berusaha untuk lebih baik untuknya
Katakan cintamu tak pernah pudar, namun kesibukan yang
melalaikanmu
Bukalah lembaran baru kembali, Seperti tatkala kau
menerimanya dari ayahnya.
Dan katakan, insyaAllah kita akan terus bersama sampai ajal
yang memisahkan dan berjumpa kembali di pintu surga.
Tulislah sebuah surat dan katakan:
Maafkan bila aku terus mencintaimu. Tapi bisakah kau
menghentikan badai? Aku tak bisa. Aku bahkan tak kuasa membendung gemuruh di
hatiku sendiri . Aku ingin bersamamu, selamanya..
Finish…. insyaAllah bahtera kembali berlayar dengan derpaan
angin sepoi-sepoi
{وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا} [النساء: 21]
Dalam kehidupan …
Kalau kau harus hidup miskin..
Bila rizkimu seret….
Bila pekerjaanmu tak menghasilkan…
Bila bangkrut… berbaik sangkalah pada Allah… Allah
mengetahui sedangkan kamu tidak.
Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda menghibur
bagi yang rizkinya seret:
«إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيَحْمِي عَبْدَهُ الْمُؤْمِنَ الدُّنْيَا
وَهُوَ يُحِبُّهُ كَمَا تَحْمُونَ مَرِيضَكُمُ الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ تَخَافُونَ
عَلَيْهِ»
"Sesungguhnya Allah menjaga hambaNya yang beriman dari
dunia sedangkan ia mencintainya, sebagaimana kalian menjaga (saudara kalian)
yang sakit dari makanan dan miniman karena kalian takut (sakitnya akan lebih
parah)
(HR Hakim, dishahihkan oleh Albani).
Mungkin kalau kau selalu sukses dalam usaha dan pekerjaanmu.
Mungkin kalau tubuhmu senantiasa sehat dan sembuh.
Mungkin kalau kamu terus hidup bergelimang harta
Mungkin kamu akan lupa pada Sang penciptamu, untuk membuatmu
miskin untuk menyelamatkanmu, mungkin kau tak pandai bersyukur.
Kemiskinan akan menarikmu kembali kepada Allah,
mengingatkanmu akan kehidupan yang fana ini
Kehidupan dunia yang sementara, yang kesenangannya
bertepian, kemewahaan berakhir, kenikmataannya bercampur dengan kepahitan.
Terimalah kondisinya, dan yakinlah bahwa Allah telah
memilihkan yang terbaik untukmu.
insyaAllah hidupmu akan lebih tentram.
Syaqiq bin Ibrahim menceritakan bahwa pada suatu hari ia
berjumpa dengan Ibrahim bin Adham, lalu beliau berkata:
أخبرني عما أنت عليه
"informasikan kepada tentang bagaimana sikapmu (dalam
hidup ini)?
Maka aku berkata, "Aku kalau dikasih rizqi aku akan
makan, tapi kalau dihalangi, aku akan bersabar", maka Ibrahim berkata:
"Begitulah kelakuan anjing-anjung di negeri(ku) Balhk".
Tersentaklah Syaqiq mendengar jawaban itu, maka ia berkata,
"Kalau kamu gimana?. Maka beliau berkata:
:إن رُزقت آثرت وإن مُنعت شكرت.
"Kalau aku diberi rizki aku berbagi, tapi kalau aku
dihalangi maka aku bersyukur".
Subhanallah, karena nikmat Allah yang lainnya sangatlah
banyak, dan dihalanginya seorang hamba dari dunia adalah salah satu nikmat yang
patut disyukuri.
Bila gagal atau terdepak dari suatu jabatan, maka
bersenanglah
Hampir semua orang pernah menghadapi kegagalan… dengan
bentuk,jenis dan volume yang bervariasi:
Ada yang gagal dalam membina rumah tangga
Ada yang tidak berhasil dalam usahanya
Ada yang tidak lulus dalam sekolahnya
Ada yang tersingkirkan dari jabatan atau terdepak dari
kedudukannya
Ada yang dikeluarkan dari pekerjaannya
Menghadapi semua itu, Bercerminlah pada anak panah
Ia ditarik mundur, demi untuk melesat maju ke depan dengan
sangat cepat dan jauh meninggalkan yang lain.
Pasti ada hikmah di balik semuanya
Lihatlah, perjuangan Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam
di kota Mekah, Thaif dan pada akhirnya beliaupun diusir dari kota tercinta itu,
untuk apa???
Untuk melesat ke depan menyebarkan Islam dan menaklukkan
mereka yang mengusirnya.
Tatkala beliau dilarang memasuki kota Mekah di tahun ke 6 H,
dihalangi dari melaksanakan Umrah bersama para sahabatnya yang berjumlah 1400
orang dan terjadilah perjanjian yang disebut dengan Shulhul Hudaibiyah.
Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam menerima kenyataan
itu dengan lapang dada, walaupun sebutan Rasulullah dihapus dari dalam surat
perjanjian, beliau menuruti semua aturan orang-orang kafir walaupun sebagian
sahabat merasa berat dan memandangnya sebagai suatu kegagalan, kerinduan mereka
untuk thawaf di rumah Allah tak terobati, persyaratan yang diberikan
orang-orang kafir begitu merugikan umat Islam secara dhahir, namun hal itu pada
hakikat adalah suatu Kemenangan, keberhasilan dan kejayaan yang dekat,
kenapa???
Allah berfirman:
{إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا}
“Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang
nyata.”
(Qs. Al Fath: 1)
Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa fathan mubinanan
ini adalah perjanjian hudaibiah.
Perjanjian Hudaibiah membuka jalan untuk masuknya manusia ke
dalam Islam dengan aman, dan melandaikan jalan untuk menggapai kejayaan yang
nyata, ia adalah suatu proses yang harus dilewati untuk menaiki tangga
kemenangan
Maka apapun yang menimpamu, lihatlah dengan kaca mata
optimisme, dan dekatkan diri pada Sang Pencipta.
Badai pasti berlalu …. Malam pasti berganti siang
Bila kau ditimpa suatu musibah, percayalah bahwa kamu pasti
bisa menghadapinya dengan bantuan ilahi, musibah yang datang telah disesuaikan
dengan kadar dan volume keimananmu, dan yakinlah bahwa badai pasti berlalu,
mentari akan terbit di ufuk timur untuk mengusir kegelapan malam.
Namun kau harus menanti, menanti dengan iringan rodja dan
khauf yang berhenti, untuk mendamaikan hati, yang kadang ingin bersegera untuk
diakhiri. Allah berfirman:
{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا}
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Alam Nasyroh: 5).
Ayat ini pun diulang setelah itu,
{إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا}
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS.
Alam Nasyroh: 6).
Bacalah dan hayati kembali kedua ayat di atas, sungguh jalan
yang buntu akan tembus, pintu yang tertutup akan terbuka, karena itu adalah
janji sang pencipta. Dan rahmat Allah ta'ala telah mengalahkan amarahnya.
Sahabat mulia, ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu pernah berkata, “Seandainya kesulitan masuk ke dalam suatu lubang,
maka kemudahan pun akan mengikutinya karena Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Ibnul Mubarok berkata dalam “Al Jihad” bahwa ‘Umar bin Al
Khottob pernah menulis surat kepada Abu ‘Ubaidah yang baru tiba di Syam dan
dihadang oleh musuh kala itu. Isi tulisan ‘Umar adalah, “Amma ba’du, tidaklah
Allah menurunkan kesulitan pada seorang mukmin melainkan setelah itu Allah akan
datangkan kelapangan baginya. Karena ingatlah, satu kesulitan mustahil
mengalahkan dua kemudahan.”
Kemudian dalam surat tersebut ‘Umar menyebutkan
ayat,
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا}
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imron:
200)(Zuhud, Abu Dawud, no:76)
Bila semua pintu telah tertutup,
pasti tatkala itu
pintu Allah ta'ala dibuka, maka Yakinlah dengan pertolongan Allah.
Tatkala Nabi Musa melarikan diri bersama kaumnya, sehingga
menemui jalan buntu, lautan yang tanpa sarana untuk menyebrang, tiada kapal dan
tiada jembatan, kaumnya pada pesimis, apa lagi tatkala pasukan fir'aun telah
nampak, Namun sang Nabi tetap Optimis dan berhusnuddhan pada Allah, Allah
menceritakan kejadian ini:
{فَلَمَّا تَرَآءَا الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا
لَمُدْرَكُونَ قَالَ كَلآ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ}
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah
pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa
menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku,
kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.
(QS. As-Syu’ara’: 61-62).
Apa yang terjadi???
Dengan keyakinannya pada pertolongan Allah, maka Allah
menyuruh Nabi Musa untuk memukulkan tongkat, dan terbelahlah lautan, mereka
melanjutkan perjalanan dan tentanra Fir'un terus mengejar untuk ditenggelamkan
di dalam lautan.
Badai pasti berlalu…
Jangan lupa, nikmat Allah sangat banyak
Belajarlah dari Urwah bin Zubair dalam menghitung nikmat
Allah
Urwah bin az-Zubair ditemani anaknya yang bernama Muhammad
mendatangi Walid bin Abdul Malik, dalam kondisi kakinya yang sudah membusuk
karena infeksi, maka kakinya digergaji, setelah digergaji, ia mendapatkan
berita duka akan kematian putranya yang ditendang oleh kuda tatkala bermain di
tempat pacuan kuda milik Khalifah, namun beliau berkata:
“Ya Allah sesungguhnya aku mempunyai tujuh anak
laki-laki, salah seorang di antara mereka telah Engkau cabut nyawanya, aku
masih memiliki enam anak. Ya Allah, selama ini aku memiliki empat anggota tubuh
yakni dua tangan dan dua kaki, Engkau pun telah mengambil satu di antara empat
anggota tubuhku itu. Kini, aku masih memiliki tiga anggota tubuh
لئن أخذت لقد أبقيت ، ولئن ابتليت لقد عافيت
"Kalau engaku mengambil maka engkau sesungguhnya telah
menyisakan, kalau engkau menguji maka engak sesungguhany telah memberikan keselamatan".
Dalam riwayat lain ia berkata:,. Meski Engkau beri cobaan,
sesungguhnya itu adalah kesejahteraan dan yang Engkau ambil, sejatinya Engkau
mengabadikannya.”
(Tarikh Islam, 6/247.)
Bila harus menanti … maka tersenyumlah
Sebagian orang memiliki banyak aktivitas dunia, sehingga ia
memandang waktunya sangat berharga, dia sangat membenci yang namanya menanti,
dan penantian pada dasarnya adalah sesuatu yang membosankan… tapi rubahlah
penantian itu menjadi ladang kedekatan pada ilahi…
Karena itu adalah lika liku kehidupan yang hampir tak dapat
dihindari, tapi dapat disikapi dengan bijaksana.
Isilah masa penantian itu dengan hal-hal yang bermanfaat…
Dzikrullah, membaca Al Qur'an, istighfar, membaca buku dll
Mungkin Allah telah meluangkan waktu bagi kita untuk lebih
taqarrub dengan Allah, andai kita tidak menanti, mungkin kita sudah disibukkan
dengan hal-hal lain yang melalaikan.
Dan waktu menanti adalah waktu luang yang diberikan,
sebagaimana detik-detik kita bukanlah uang seperti falsafah kafir, tapi
detik-detik kita adalah pedang, bila kita tidak memotongnya ia akan menebas
kita.
{نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ
وَالْفَرَاغُ }
“Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu darinya:
kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Al-Bukhari no.6412)
Bila ditinggal mati anak tercinta
Kematian datang tanpa diundang, kadang ia mampir ke jasad
anak kita yang dicintai, pada masa modern yang banyak manusia terjebak dalam
kandang asuransi, ternyata ada asuransi untuk anak kita yang lebih berharga
dari asuransi bank-bank konvensional, caranya dengan satu: "Bersabarlah,
dan pujilah Allah atas yang ternyata, karena anak kita telah keluar terlebih
dahulu dari penjara, dan moga menanti kita kelak di pintu surga".
Dengan melakukan itu kita akan dapat sebuah rumah di surga,
yang bernama' RUMAH PUJIAN", lebih baik mana dari asuransi dunia yang
penuh dusta dan murka.
Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda yang
artinya:
"Jika anak dari seorang hamba Allah meninggal dunia,
Allah berfirman kepada para malaikat-Nya: "Kalian telah mencabut nyawa
anak hamba-KU?", maka mereka berkata: "Iya, benar".
Kemudian Allah berkata: "Kalian telah mengambil buah
hatinya?", maka para malaikat berkata: "Iya, benar".
Allah bertanya lagi : "Apa yang dikatakan oleh
hamba-Ku" ?
"Dia memuji-Mu dan berkata "Inna lillahi wa
innaa ilaihi raji'un" (Sesungguhnya kami milik Allah, dan
sesungguhnya kepadaNya kami akan kembali", Jawab para malaikat.
Allah-pun berfriman: "Dirikanlah sebuah rumah untuk
hamba-Ku di surga, dan namakan rumah itu;"RUMAH PUJIAN".
(HR Tirmidzi,
dihasankan Albani, Shohihul Jami' no: 795).
Dengan Memuji dan menyanjung Allah ta'ala tatkala mendapat
musibah itu ada telah mengansuransikannya dengan jaminan sebuah rumah
pujian di surga.
Bila ditinggal mati suami tercinta :
Asuransikan suamimu setelah meningal dunia, bukan sebelum,
lihatlah bagaimana Ummu Salamah mengasuransiakan suaminya. Ummu Salamah berkata
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
« مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ
وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى
خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا
مِنْهَا »
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia
mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii
mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan
akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang
menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan
memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.”
Maka tatkala suaminya yang tercinta Abu Salama meninggal, ia
membaca doa di atas, maka Allah menggantikan baginya yang lebih baik dari
suaminya yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.”
(HR
Muslim)
Bila saudaramu mendapatkan Rizqi …
Berbahagialah dengan kebahagiaannya, dia adalah saudaramu,
dan Nabi shallallahu 'alahi wa sallam berpesan:
((قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى
يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ))
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai
ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”.
(Bukhari
Muslim)
Bakar sifat hasadmu dengan api cinta dan kayu gembira,
lihatlah dengan kaca mata setengah isi, dan berlindunglah kepada Allah dari
hasad.
Kalau tetangga atau teman membeli motor atau mobil,
bersyukurlah, dan doakan moga Allah menjaga kendaraannya, dan ucapkan pada
pasanganmu, alhamdulillah sekarang tentangga kita punya mobil, jadi kalau ada
perlu apa-apa kita bisa numpang.
Bila engkau dilempari oleh batu
Kadang aja saja dari masyarakat yang sukanya melempari batu
orang lain, bila kamu yang dilempari, maka tangkaplah batu itu dan
kumpulkanlah, kemudian bangun dengannya sebuah rumah yang indah dan kokoh.
Umar bin Khattab berkata:
((رحم الله امرءا أهدى إلي عيوبي))
"Semoga Allah merahmati seseorang yang menghadiahkan
kepadaku, aib-aibku".
Koreksi dari saudara kita jangan ditanggapi sebagai suatu
kebencian darinya, tapi berpandanglah positif, hidupmu akan lebih indah dan
bahagia.
Bila rekaman masa lalu yang pedih datang menghampiri
Jangan melumuri hatimu dengan air masa masa lalu, jangan
menangisi nasi yang sudah menjadi bubur, atau susu yang telah tumpah, atau
kendi yang sudah pecah, tapi bersikaplah bijak menghadapi masa lalu, demi untuk
masa depan. Ingatlah pada sabda Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam:
((الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ
إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا
يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ
تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ
وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ))
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh
Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan.
Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah,
jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka
janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan
tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah
Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka
pintu syaithon.”
(HR. Muslim)
Bila ambisi dunia mengermunimu
Menawan dan membelengumu, maka kunjungilah fakir miskin,
lihatlah kehidupan orang-orang yang di bawahmu,Jangan selalu mendongak ke
atas, agar tidak tersandung dan terperosok, Rasulullah shallallahu 'alahi wa
sallam berabda:
((انْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ
مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ
تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ))
“Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian dan
jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian ini (melihat ke
bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya
kepada kalian.”
(HR. Muslim)
Dan jangan lupa untuk ziarah kubur,
Bawa
istrimu yang mungkin bicaranya tentang dunia melulu, ke tempat peristiratannya
yang terakhir.
1X 2
Nabi shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:
((إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا
فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْآخِرَةَ))
“Dulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang
berziarahlah kalian ke kuburan karena itu akan mengingatkan kalian kepada
akhirat.”
(HR. Muslim)
PENUTUP
Urusan seorang mu'min semuanya baik
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ
ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ
خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
“Sungguh menakjubkan perkara kaum mukmin,
sesungguhnya semua perkaranya adalah kebaikan, dan itu tidak akan terjadi
kecuali bagi orang beriman. Jika ia dianugrahi nikmat ia bersyukur dan itu baik
baginya , jika ia tertimpa musibah ia bersabar maka itu baik baginya.”
(HR. Muslim: 2999)
Sumber : Makalah Kajian Setengah Isi Setengah Kosong, Al
Ustadz Syafiq Basalamah MA

Sumber awal dari Atin Harmiasih di :
Sabilal
Rasyad
Asrizal
Ar-Riauniy Nasution
Atin Harmiasih
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=3419891419388&set=a.1820492235408.2087936.1333255179&type=1&theater
.
masyaAllah blog nya bagus mas Abdullahissgafa, terus semangat mengamalkan sunnah Mas...
BalasHapusbismillah..afwan ustadz mau tanya apakah kisah Nabi Ismail dan Istrinya tersebut adalah shohih? dan dari mana sumber dalilnya?
BalasHapusjazakallah khairan wa barakallahu fiik